JAKARTA, PB - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hari ini mengumukan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tingkat Sekolah Menengah Pertama dan sederajat, Jumat (10/6/2016) di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta.
(Baca juga: Bengkulu 10 Besar UN Paling Jujur)
UN SMP tahun 2016 diikuti sejumlah 4.372.872 siswa dan 60.067 satuan pendidikan. Sebanyak 72 persen sekolah mengalami peningkatan IIUN, dibandingkan dengan tahun lalu. Sehingga, terdapat kenaikan jumlah sekolah yang memiliki IIUN di atas 80, yaitu sebanyak 23.634 sekolah atau setara 44,03 persen. Tercatat, pada tahun 2015, terdapat sebanyak 12.039 sekolah yang memiliki nilai IIUN di atas 80 atau sebesar 23,44 persen.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan kenaikan rerata nilai IIUN menunjukkan semakin jujurnya penyelenggaraan UN. "Dengan semakin jujurnya UN, maka diharapkan hasil UN dapat makin tepat memetakan capaian pendidikan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengoptimalkan pembinaan sekolah secara lebih baik," ujar Anies.
Selanjutnya, ia juga mengapresiasi daerah yang menunjukkan peningkatan integritas dalam penyelenggaraan UN. Urutan daerah dengan kenaikan IIUN tertinggi adalah Sulawesi Barat, Sumatera Selatan di peringkat kedua, diikuti Sulawesi Utara, Aceh, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat dan Sumatera Barat.
"Sedangkan, daerah dengan nilai IIUN tertinggi tahun ini adalah DI Yogyakarta, diikuti oleh DKI Jakarta, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Banten dan Bali," sambungnya.
Nilai rerata nasional UN 2016 adalah sebesar 58,57 untuk SMP, 59,06 untuk MTs, dan untuk 48,36 SMP Terbuka. Dengan meningkatnya nilai IIUN, lanjut Menteri Anies, tingkat kejujuran naik, maka nilai yang keluar adalah lebih akurat mendekati kemampuan siswa yang sebenarnya.
Ke depan, soal UN mendatang akan lebih dititikberatkan pada kemampuan penalaran dan analisa. Hal ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan penalaran, dan analisa. "Kemampuan menalar dan menganalisa sangat diperlukan pada masa mendatang mengingat kecenderungan dunia yang lebih kompleks dan kompetitif," pungkasnya. [GP]