BENGKULU, PB - Rencana Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti untuk memindahkan puluhan ekor rusa yang di pelihara di halaman Rumah Dinas Gubernur ke lokasi Kebun Binatang Taman Remaja Kota Bengkulu ternyata berdampak buruk bagi nasib para pedagang makanan rusa tersebut.
Armiati (50), warga Sawah Lebar Kota Bengkulu itu mengaku sedih dan terancam kehilangan penghasilan jika rusa-rusa tersebut akan dipindahkan. Baca juga: Saat Ridwan Mukti Tempati Gedung Daerah
"Saya ini tidak punya pekerjaan tetap selain berjualan buah dan sayuran yang dibeli para pengunjung untuk diberikan kepada rusa-rusa tersebut. Dengan adanya rusa tersebut dalam satu hari dirinya mendapatkan untung Rp 70.000 - 100.000," ungkapnya.
Dirinya berharap agar gubernur bengkulu tidak memindahkan rusa yang ada saat ini agar dirinya dapat terus berjualan. Pasalnya, jenis makanan rusa yang dijualnya seperti wortel dan kangunkung menjadi sumber penghasilan keluarganyaa setiap hari.
Hal senada juga disampaikan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu (BKSDA) melalui Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Muda BKSDA Bengkulu Said Jauhari mengatakan lahan kebun binatan saat ini diperkirakan tidak dapat lagi menampung 70 ekor rusa.
"Paling hanya beberapa puluh ekor saja yang bisa dipindahkan ke kebun binatang ini, sebab lahan dan kondisi di sana sangat sempit, jadi dikita khawatirkan dapat berdampak buruk bagi rusa-rusa tersebut," katanya, Selasa (28/6/2016).
Said menambahkan kiranya pemerintah provinsi dapat memberikan solusi dengan memberikan izin beberapa bupati yang ada di Provinsi Bengkulu untuk ikut memelihara rusa yang dilindungi tersebut.
"Jika nantinya kebun binatang tidak dapat menampung seluruh rusa yang ada saat ini maka sebaiknya diberikan kesempatan kepada daerah lain, sehingga rusa-rusa tersebut dapat tetap terawat dengan baik. Tapi bukan berarti kebun binatang tidak dapat merawat rusa-rusa tersebut," ungkapnya.
Saat ini, di Taman Remaja terdapat koleksi satwa yang terdiri dari burung langka, tupai, rusa timor, buaya, yang keseluruhan jumlahnya mencapai 116 ekor. (Nurul Saadi)