BENGKULU TENGAH, PB - Pemkab Benteng dituntut lebih untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di daerah itu. Pasalnya beberapa usaha kecil yang mendukung ekonomi masyarakat mati suri karena tidak didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Di antara usaha yang kini gulung tikar adalah peternakan telur.
"Dulu kami disupport BI (Bank Indonesia) namun setelah tiga tahun terakhir tidak lagi tapi dioper ke pemerintah daerah. Namun setelah ditinggal BI kami tidak ada perhatian lagi. Jadi usaha telur yang dikembangkan kelompok tani gulung tikar, pendampingan tidak ada," ujar Rokhawin, mantan peternak telur ayam ras di desa Srikaton, Bengkulu Tengah kepada PB, Senin (11/7) di Srikaton.
Awalnya jelas Rokhawin, sejak dibina BI ada 300 an ekor ayam petelur dikembangkan kelompok tani di daerah itu. Namun lantaran besarnya bea pakan membuat petani kesulitan memenuhi kebutuhan ransum ayam. Sementara, hasil penjualan telur yang diperoleh tidak cukup menutupi bea pakan alias tidak seimbang antara keuntungan dengan biaya yang mesti dikeluarkan petani.
Wal hasil secara perlahan, usaha peternakan telur menyusut perlahan hingga akhirnya ayam pun banyak mati.
"Biaya konsentrat aja Rp 1 juta perkarung belum yang lain. Makanannya tidak bisa diproduksi sendiri. Hasil penjualannya juga tidak cukup nutupi biaya makan, jadi KO. Ayam juga perlahan banyak mati. Kini tinggal rongsokan bekas kandangnya saja," kata Rokhawin, yang kini masih menjabat Sekdes Srikaton.
Rokhawin mengungkapkan bila masyarakat di sekitar juga belum kreatif membuat pakan sendiri. Lantaran SDM di desa Srikaton masih belum bisa diandalkan. "Dibanding pulau Jawa di desa ini masyarakatnya masih belum kreatif, SDM-nya belum bisa diandalkan," tambah Rokhawin.
PNS yang tak lama lagi akan pensiun ini menandaskan usaha peternakan telur bisa menjadi sumber ekonomi menguntungkan bila mampu menampung sedikitnya 1500-an ekor ayam petelur karena di dalam jumlah itu bisa dikalkulasikan jumlah produksi optimal dan minus produksi terhadap ternak ayam. Sebab itu, kata Rokhawin untuk pternakan telur di Bengkulu Tengah belum memungkinkan, terkecuali mendapat dukungan penuh SKPD di lingkup pemerintah Benteng.
"Kalau memang mau berhasil, setidaknya 1500 ekor ayam yang mesti dikembangkan, karena bisa dihitung jumlah yang telur dan yang tidak. Dan produksi bisa terus berjalan," sampai Rokhawin.
Hal ini tak dipungkiri Dinas terkait, Kabid UMKM dan Koperasi, Sri P, mengakui bila bidang Usaha kecil dan menengah di kabupaten Benteng belum dikembangkan optimal. Hal ini lantaran SDM di Dinas Perindag yang ahli mengurusi bidang Usaha Kecil dan Menengah belum ada. Karenanya bidang UMKM ini terbengkalai.
"Saya ini latar belakangnya koperasi, tidak ahli bidang usaha mikro, kecil dan menengah. Jadi ya agak kurang ke urus. Ya gimana paling bergabung ke bidang perindustrian. Karena (UMKM) 'dekat-dekat' industri kan," jelas Sri. (Dedy Irawan)