SELUMA, PB - Bermaaf-maafan dihari yang fitrah tahun ini sedikit lebih menarik dibadingkan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini di Masjid Baiturrahman, Desa Riak Siabun 1, Kecamatan Sukaraja terlihat lebih antusias dalam menyambut hari kemenangan.Di Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijria ini toleransi dan kekompakan saling memaaf-maafkan terus dilakukan dengan cara saling mengunjungi bersama-sama rumah-rumah warga.
"Setelah menyelesaikan shalat Idul Fitri di masjid, kami teruskan dengan bersilaturahmi. Namun uniknya kebiasaan masyarakat disini, selepas shalat id jamaah perempuannya selesai bermaaf-maafan di masjid mereka segera pulang mempersiapkan hidangan di rumahnya," ungkap Septiansyah.
Septiansyah yang merupakn warga kampung tersebut mentururkan bila ini merupakan tradisi masyarakat yang biasa disebut ziarah. Kata ziarah adalah serapan dari bahasa Arab, yang memiliki makna berkunjung.
"Rasul bersabda dalam hadistnya, لا تدخل الجنة قتات, artinya “tidak akan masuk surga orang yang memutus tali sillaturahmi," tuturnya.
Karena itu, tradisi ziara untuk jemah laki-laki tidak berkumpul dan dilanjutkan saling mengunjungi rumah ke rumah warga dimulai dari rumah yang terdekat dari masjid.
Kendati lokasi berbatasan dengan Kota Bengkulu, tetapi disini tetap kental dengan kebiasaan yang sudah sejak lama terjaga di lingkungan ini. "Ini menunjukkan adanya kekompakan dan tenggang rasa yang tinggi," terangnya.
Aktivitas ini sangat indah sebagaimana diisyaratkan surat al-Hajj ayat 77, "Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu mendapat kemenangan".
Dalam surat al-A'raf ayat 199, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". Maka, Halal bi Halal (maaf-memafkan) merupakan kebudayaan asli masyarakat Indonesia yang esensinya sangat Islami. (RPHS)
