JAKARTA, PB - Menyikapi pertanyaan-pertanyaan publik tentang status kewarganegaraan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, dan setelah mendapat informasi dari berbagai sumber, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat Arcandra Tahar dari posisinya sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Keputusan Presiden Jokowi itu disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang didampingi Staf Khusus Presiden Johan Budi SP melalui konperensi pers yang digelar secara mendadak, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (15/8) malam.
Terkait dengan pemberhentian itu, menurut Mensesneg, Presiden Jokowi menunjuk Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sebagai pelaksana tugas, wewenang, dan tanggung jawab Menteri ESDM sampai dengan diangkatnya Menteri ESDM definitif.
Tidak dijelaskan alasan pemberhentian dengan hormat Arcandra Tahar yang baru dilantik sebagai Menteri ESDM pengganti Sudirman Said yang belum genap sebulan menjabat tersebut. Namun di media massa muncul perbincangan mengenai paspor berkewarganegaraan asing yang dimiliki oleh Arcandra Tahar.
Sebelumnya, Arcandra Tahar menegaskan hingga saat ini dirinya adalah warga negara Indonesia (WNI), bukan warga negara Amerika. Penegasan ini diharapkan dapat menetralisir rumor yang berkembang saat ini terkait kewarganegaraan Menteri ESDM.
“Saya tuh orang Padang Asli, istri saya juga orang Padang asli, lahir dan besar di Padang Cuma pas kuliah S2 dan S3 saya kuliah di Amerika,” ujar Arcandra.
Ia menerangkan “Saya pergi ke Amerika tahun 1996, sampai saat sekarang saya masih memegang passport Indonesia dan passport Indonesia saya masih valid."
Sambil berseloroh Arcandra mengatakan,” liat tampang saya kan, Bahasa Indonesia saya masih “medok” Padang. Saya masih warga negara Indonesia dan silahkan cek passport saya”.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo melantik Arcandra Tahar sebagai Menteri ESDM pada hari Rabu 27 Juli 2016. Ia adalah seorang profesional di bidang energi dan sumber daya mineral. Lulusan Institut Teknologi Bandung ini menghabiskan 20 tahun masa studi dan karirnya di Amerika Serikat, menimba ilmu di berbagai perusahaan minyak dan gas bumi negeri Paman Sam. [GP]