BENGKULU, PB- DPRD Provinsi Bengkulu sedang menyoroti dan mendesak agar pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai kembali diaktifkan. Alasanya, pintu masuk menuju pelabuhan Pulau Baai mengalami pendangkalan parah.
Padahal, pelabuhan ini sangat strategis dan melayani hampir seluruh angkutan menuju Bengkulu maupun sebaliknya, baik itu angkutan ekspor batu bara, karet, crude palm oil (CPO/minyak kelapa sawit), dan hasil bumi lain. Pelabuhan ini juga melayani angkutan bahan bakar minyak (BBM) lewat jalur laut, semen, beras, dan distribusi barang melalui kontainer.
Sekertaris Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu, Helmi Paman menyesalkan pendangkalan yang terjadi. Pasalnya akan menghambat arus barang dan jasa masuk ke Bengkulu.
"Harus segera dikeruk, karena kalau dibiarkan akan semakin parah pendangkalannya. Jangan sampai kapal yang bobotnya besar yang mengangkut kebutuhan warga tak bisa masuk bersandar di pelabuhan," katanya, Jumat (19/08/2016).
Jika terus dibiarkan maka pendangkalan akan makin parah, ini tentu akan membuat biaya operasional semakin tinggi dan harga barang tentunya merangkak naik. "Kalau kapal tidak bisa masuk otomatis biaya operasinal akan lebih tinggi. Jika harus melalui transitment maka kita akan rugi,"terangnya.
Selanjutnya, Pelindo diminta agar tidak lamban dan segera jemput bola. Pendangkalan jangan dianggap sebagai masalah yang remeh. Apalagi, akses laut selama ini adalah andalan Bengkulu untuk menghidupkan sektor ekonomi Bengkulu.
"Harusnya mereka jemput bola, sampaikan kepada kami di DPRD dan jelaskan apa yang menjadi hambatan hingga terjadi pendangkalan parah. Idealnya setiap tahun ada pengerukan di pelabuhan Pulau Baai dan itu tanggung jawab Pelindo," jelas politisi PDIP itu.
Terpisah, GM PT Pelindo Bengkulu Ari Santoso mengatakan alur pintu masuk pelabuhan saat ini masih dalam kondisi minus 5,1 Low Water Spring (lws) atau berada pada kedalaman 5 meter saja.
“Masih bisa melayani kapal, tetapi untuk ukuran yang kecil,” kata Ari.
Untuk kondisi normal, pelabuhan ini setidaknya harus memiliki kedalaman alur minimal minus 14 lws. Pendangkalan terjadi karena sudah lebih dari setahun tidak ada aktivitas pengerukan alur. Dalam sebulan, bisa terjadi pengurangan kedalaman alur mencapai minus 2 lws.
Jika kondisi alam yang sangat ekstrem seperti badai dan gelombang tinggi, bisa saja melebihi angka tersebut. Jika tidak segera dikeruk, bukan tidak mungkin dalam dua bulan ke depan pelabuhan ini akan mengalami lumpuh total. [MS]