BENGKULU, PB - Bank Indonesia memprediksi inflasi triwulan III 2016 Provinsi Bengkulu akan berada pada kisaran 4,0-4,4% (yoy). Artinya, angka inflasi akan turun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada di level 5,47% (yoy).
"Penurunan ini disebabkan oleh kembali normalnya ekspektasi konsumsi masyarakat paska Ramadhan, lebaran, dan tahun ajaran baru," kata Deputi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bengkulu Christin R. Sidabutar, Selasa (30/8/2016).
(Baca juga: Inflasi Kota Bengkulu Tertinggi Kedua)
Sementara itu, pada akhir tahun 2016 inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran 4,1-4,5% (yoy). Artinya, Christin menyampaikan, angka inflasi meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 3,25%. Namun, angka tersebut masih dalam target nasional yaitu 4+-1%.
"Sumber tekanan inflasi Bengkulu sampai dengan akhir tahun 2016 diperkirakan berasal dari volatile foods dan administered price sementara inflasi inti diperkirakan tetap terkendali," jelasnya.
Sementara itu, lanjutnya, potensi La Nina yang terjadi pada paruh kedua 2016 dikhawatirkan mempengaruhi kuantitas produksi tanaman pangan dan hortikultura. Sedangkan infrastruktur pendukung produksi di Bengkulu masih sangat minim dalam meredam efek yang ditimbulkan.
"Kondisi ini diperkirakan memberikan tekanan yang cukup signifikan pada volatile foods," sambungnya.
Selanjutnya, sumber tekanan administered price yang cukup dikhawatirkan hingga akhir 2016 adalah indlasi tarif angkutan udara. Berdasarkan perkembangan historis yang terjadi sejak awal 2016, kenaikan tarif angkutan udara ini relatif di atas rata-rata daerah lain di Sumatera.
"Kondisi ini rentan mengingat jumlah frekuensi penerbangan di Bengkulu adalah yag terkecil dibanding provinsi tetangga. Potensi ini perlu diantisipasi khusunya ppada bulan Desember 2016 pada musim natal dan tahun baru," ungkapnya. [IC]