JAKARTA, PB - Berdagang hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha menjadi bisnis paling menggiurkan. Bukan hanya kalangan peternak, pelaku usaha dadakan juga berusaha meraup berkah rupiah dari bisnis tahunan ini.
Senyum mengembang di wajah Yaman. Koordinator Sarjana Membangun Desa (SMD) ini nampak senang saat sejumlah pedagang memborong ternak sapi dari peternak yang menjadi binaannya. Sebulan sebelum Lebaran Haji, sejumlah peternak sapi di sentra peternakan rakyat NTB sudah kebanjiran permintaan hewan kurban, baik dari lokal maupun dari Jawa.
“Jika pada hari-hari biasa jumlah permintaan sapi yang dipelihara sejumlah kelompok masyarakat hanya puluhan ekor, maka menjelang Lebaran Haji melonjak hingga 120 ekor,” kata Koordinator Sarjana Membangun Desa (SMB) Nusa Tenggara Barat (NTB),Yaman beberapa waktu lalu.
Yaman memperkirakan, jumlah sapi yang dipesan dari Jakarta dan wilayah Cibinong Jawa Barat untuk keperluan ibadah Kurban sampai kini sudah mencapai 380 ekor. Jumlah tersebut, termasuk sapi milik masyarakat sekitar kelompok yang menjadi binaan SMD. Ternak sapi yang dipesan dari Jakarta dan Cibinong sudah dikirim sejak akhir 26 Juli lalu. “Kami perkirakan, pertengahan Agustus sudah sampai tujuan,” ujarnya.
Naiknya permintaan ternak sapi ikut mengerek harga. Tercatat, harga sapi lokal (sapi Bali, red) di NTB, seperti di Kabupaten Bima dan Dompu yang semula hanya Rp 39 ribu-42 ribu/kg, kini menjadi Rp 42 ribu-45 ribu/kg berat hidup, rata-rata naik Rp 3.000/kg.
Sedangkan di Lombok, harga sapi yang semula hanya Rp 38 ribu-45 ribu/kg menjadi Rp 43 ribu-50 ribu/kg atau naik Rp 5.000/kg berat hidup. Sapi untuk pesanan luar NTB, seperti Jakarta dan Cibinong harganya juga naik. Jika sebelumnya hanya Rp 50 ribu-55 ribu/kg, kini sudah Rp 60 ribu-65 ribu/kg atau rata-rata naik 10.000/kg berat hidup. “Harga sapi yang dipesan dari Jawa memang lebih mahal, karena ada biaya kirim dan perizinan,” ujar Yaman.
Meski sejumlah peternak ada yang menjual sapi jenis PO (Peranakan Ongole) dan Brangus, menurut Yaman, sapi Bali masih menjadi pilihan masyarakat sebagai hewan kurban. Keuntungan berlipat bukan hanya dinikmati peternak di NTB, tapi juga di sentra peternakan lainnya. Bahkan pedagang ternak yang ada di kota besar, termasuk Jakarta dan Bekasi ketiban rejeki.
“Menjelang Idul Adha memang ada lonjakan permintaan dan harganya pun naik. Untuk Idul Adha tahun ini harganya rata-rata sudah naik Rp 200 ribu/ekor,” kata Pak Bun, salah satu pedagang kambing di Jatimakmur, Pondok Gede, pekan lalu.
Bun menjual kambing antara Rp 3 juta-5 juta/ekor dan domba Rp 3 juta-6 juta/ekor tergantung bobot. Sebelumnya harga kambing dan domba berkisar Rp 2,8 juta-4,8 juta/ekor. “Karena Idul Adha, harga naiknya Rp 200 ribu/ekor. Kalau di pedagang musiman naiknya bisa 10-20% dari harga biasa,” lanjutnya.
Untuk memenuhi permintaan ternak kurban, Pak Bun memesan dari Banjar (Jawa Tengah), Jonggol, dan Sukabumi (Jawa Barat). Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Fini Murfiani mengemukakan, Idul Adha merupakan momen bagi peternak meraih keuntungan ekstra di luar penghasilan sehari-hari dalam budidaya ternak.
Keuntungan pasti diraih karena menjelang Idul Adha, harga ternak pasti naik. “Kenaikan harga sampai di pengkurban bisa mencapai 10 persen atau lebih dibandingkan hari-hari biasa,” ujarnya.
Untuk menarik pembeli banyak cara yang dilakukan kalangan pedagang hewan kurban. Selain membuka showroom, pedagang juga harus kreatif agar dapat bersaing dengan pedagang lainnya. Misalnya, Pak Bun memberikan layanan lebih. Yakni, jika ada konsumen yang membeli kambing, bisa dititipkan dahulu dan nantinya diantar pada satu atau dua hari menjelang Idul Adha.
“Saya tidak kenakan biaya tambahan. Kalau ada yang mau memberi tambahan sifatnya hanya suka rela. Ada beberapa yang sudah dibeli dan dititipkan. Tahun lalu juga begitu,” tuturnya seperti dilansir Suaratani.
Tahun lalu, Bun mampu menjual sebanyak 55 ekor kambing untuk keperluan ibadah Kurban. Nah, untuk tahun ini dirinya menyiapkan 40 ekor kambing dan 15 ekor domba. Sementara Marhadi (50) pedagang hewan kurban di kawasan Depok memberikan fasilitas bebas biaya pengiriman atau gratis untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Namun, menurutnya, di luar wilayah tersebut, ongkos kirimnya ditanggung pembeli. Bukan hanya itu, pria yang akrab disapa Edi, memberikan fasilitas gratis perawatan dan kesehatan hewan kurban selama belum pengantaran. Bahkan jika ada pembeli yang meminta untuk pemotongan hewan kurban, dia tak mengenakan biaya. (AS)