BENGKULU, PB - Bagi Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Bengkulu, Mardiyanti, berpolitik adalah daya dan upaya untuk memakmurkan rakyat. Hal ini ia sampaikan dalam Musyawarah Cabang (Muscab) Ratu Samban Kota Bengkulu, Minggu (23/10/2016).
Ia menjelaskan, DPD PAN Kota Bengkulu merupakan rumah besar bagi seluruh keluarga partai berlambang matahari terbit tersebut. Tegasnya, pertemuan antar kader DPD PAN Kota Bengkulu akan diselenggarakan secara rutin, bukan hanya saat musyawarah semata.
"Pertemuan antar kader akan kita gelar baik secara mingguan, maupun bulanan. Siapa yang sakit, kita jenguk sama-sama. Di rumah besar ini kita memiliki empat orang kader di kursi dewan. Yang butuh pembangunan jalan, irigasi, atau apapun berkaitan dengan kemaslahatan rakyat, silahkan sampaikan untuk diperjuangkan. Jadikan PAN ini sebagai kendaraan untuk memakmurkan rakyat," katanya.
Senada diungkapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPD PAN Kota Bengkulu, Asmiar Amir. Perempuan yang dikenal sebagai ustadzah ini menjelaskan bahwa esensinya berpolitik adalah untuk membangun bangsa dan negara yang mandiri dan bermartabat.
"Apa yang diteladani oleh Wali Kota Helmi Hasan sebagai kader PAN sangat membanggakan. Misalnya jalan-jalan sebelum dia menjabat masih banyak yang berlubang dan bergelombang tapi sekarang sudah banyak yang mulus," ungkapnya.
Ia menjelaskan, berpolitik adalah menggunakan kekuasaan untuk membuat rakyat hidup cerdas dan sehat. Ia mengilustrasikan tentang komitmen Helmi Hasan untuk membangun pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau dengan berbagai program visioner.
"Rumah sakit kita di Kota Bengkulu ini tergolong salah satu rumah sakit yang megah di Indonesia dengan pelayanan yang baik dan biaya yang murah. Kita juga bersyukur Helmi sebagai kader terus memperjuangkan agar pendidikan bisa diakses oleh semua orang," paparnya.
Ia menambahkan, mewujudkan politik yang memakmurkan rakyat mungkin bukan perkara mudah. Ia mencontohkan tentang bagaimana upaya Helmi Hasan dalam merelokasi pedagang kaki lima (PKL) dari tempat yang tidak manusiawi ke tempat yang lebih represtatif dianggap sebagai penggusuran paksa oleh segelintir oknum.
"Padahal PKL sebelumnya berserakan. Terserang hujan dan panas setiap hari. Sekarang mereka sudah mampu berjualan di tempat yang nyaman, berlantai keramik dan fasilitas memadai. Tapi tetap saja ada yang mencerca. Untuk itu, ke depan, kita harus mengisi dewan dengan mayoritas kader PAN dan orang-orang yang benar-benar memikirkan rakyat. Agar kader kita di eksekutif mendapatkan dukungan penuh dari parlemen. Ranting-ranting kita harus bergerak," demikian Asmiar. [RN]