BENGKULU, PB - Tiada rasa lain yang dirasakan selain rasa nikmat bagi setiap insan yang mampu bertaubat. Pasalnya, hanya dengan bertaubat manusia dapat memahami kesejatian diri dan menghindari hidup dalam kesia-siaan.
Hal itu disampaikan ustad Khairul Ikhwan Nasution dalam ceramahnya di RT 5 Kelurahan Kebun Dahri, baru-baru ini.
Ia menekankan, dalam hal berbuat dosa, baik manusia maupun iblis adalah sama. Hanya saja, katanya, manusia dan iblis berbeda dalam masalah taubat.
"Manusia mau bertobat, sementara iblis tidak. Makanya, meski manusia sempat terbuang dari surga, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk kembali ke surga. Sementara iblis akan berada di neraka selama-lamanya," kata ustad Khairul.
Ia menjelaskan, di dalam Al-Qur'an Allah juga tidak pernah memberikan perintah kepada manusia untuk segera dilaksanakan kecuali dalam urusan taubat.
"Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk cepat-cepat shalat, cepat-cepat zakat, cepat-cepat puasa, cepat-cepat naik haji. Semua diperintahkan dengan kalimat tunaikan, tidak disuruh cepat. Tapi kalau urusan taubat, perintah Allah harus cepat," tukasnya.
Ia memaparkan, manusia yang gagal menemukan kesejatian hidup di dalam Al-Qur'an disebut tak ubahnya seperti hewan ternak yang lahir, hidup, makan, minum, beranak-pinak dan mati. Bahkan, tegasnya, bisa lebih buruk dari itu.
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah,” ungkapnya mengutip surat Al-A’raf ayat 172.
Ia menambahkan, cara mudah untuk melakukan taubat adalah dengan menjalankan tiga M atau mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal-hal yang terkecil. Menurut dia, Allah menyukai setiap amalan walau hanya sedikit, namun dilakukan dengan istiqomah.
"Bila hati kita sudah terlatih untuk memahami ayat-ayat Allah, mata kita sudah terbiasa untuk melihat hal-hal yang indah dan bertafakur dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, telinga serta mulut kita terbiasa untuk mendengarkan hal-hal yang baik dan bermanfaat, rasa syukur melumuri jiwa kita dengan apa-apa yang diberikan Allah kepada kita, saat itu rasa taubat itu akan betul-betul terasa nikmat," tutupnya. [RN]