JAKARTA, PB - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, Indonesia memiliki keberuntungan karena memiliki sejarah kemajemukan yang sangat panjang. “Indonesia adalah rumah bagi kemajemukan,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat membuka Bali Democracy Forum (BDF) IX, yang berlangsung di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Kamis (8/12) pagi.
Sekitar 85 persen dari lebih 250 juta penduduk Indonesia, menurut Presiden, adalah muslim. Ia menyebutkan, Islam masuk ke Indonesia pada sekitar abad ketujuh, dan sejarah Indonesia mengajarkan bahwa ajaran Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.
“Nilai mengenai perdamaian inilah yang sampai saat ini terus dipegang oleh umat Islam di Indonesia,” kata Presiden seraya menambahkan, selain Islam, Indonesia adalah rumah bagi umat Kristiani, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu.
Presiden menegaskan, bahwa nilai-nilai perdamaian juga dipegang teguh oleh semua umat di Indonesia. Untuk itu, Presiden Jokowi mengapresiasi rencana peserta Bali Democracy Forum berkunjung ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan, Jumat (9/12) besok.
“Anda semuanya dapat membayangkan, tanpa nilai toleransi yang tinggi, bagaimana mungkin sebuah pondok pesantren dapat hidup dengan aman dan nyaman di tengah masyarakat yang mayoritasnya penduduknya adalah penganut agama lain. Ini semuanya telah mendorong sinergi alami antara agama, toleransi, dan demokrasi di Indonesia,” tutur Presiden.
Terkait dengan demokrasi, Presiden Joko Widodo mengemukakan, dalam sejarahnya rakyat Indonesia dengan gigih terus memperjuangkan demokrasi, karena dengan demokrasi setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama, check and balance akan bekerja, every single voice matters.
“Rakyat Indonesia berkeyakinan bahwa melalui demokrasi maka Indonesia akan menjadi lebih baik,” ungkap Presiden Jokowi.
Presiden menegaskan, bahwa demokrasi juga merupakan proses yang artinya kita terus belajar dari proses yang kita jalani dalam demokrasi. Dan kita, lanjut Presiden, perlu belajar dari pengalaman negara lain dalam berdemokrasi.
Oleh karena itu, Presiden menegaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadikan Forum Demokrasi Bali sebagai suatu forum yang nyaman bagi setiap negara untuk berbagi mengenai pengalaman dalam berdemokrasi, tantangan dalam berdemokrasi, dan menggemakan kerja sama untuk saling bantu membantu dalam berdemokrasi.
“Forum ini bukan forum untuk finger pointing exercise. Justru forum ini harus digunakan untuk saling memperkuat satu sama lain,” kata Presiden seraya menambahkan, melalui Institut Demokrasi dan Perdamaian, Indonesia siap mengembangkan kerja sama konkret di bidang demokrasi dan perdamaian.
Pembukaan Bali Democracy Forum itu dihadiri oleh mantan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Bali Democracy Forum IX itu diikuti oleh dihadiri tokoh dunia, pemenang Nobel Perdamaian, para Menteri Luar Negeri, dan delegasi dari 94 negara dan organisasi-organisasi internasional. (Setkab/Yn)