JAKARTA, PB - Setelah mata uang China, Yuan diterima sebagai mata uang global maka Yuan akan bersanding dengan dolar AS, Euro, Yen, dan Poundsterling sebagai currency basket. Yuan (renminbi) dinilai telah memenuhi kriteria dan efektif menjadi mata uang internasional per 1 Oktober 2016. Artinya, mata uang Yuan bisa digunakan secara bebas di dunia dan masuk ke dalam special drawing rights(SDR).
Dalam sebuah diskusi ekonomi yang digelar lembaga riset ekonomi Indef di Jakarta, Presiden Jokowi meminta agar perekonomian Indonesia juga diukur berdasarkan mata uang negara lain, seperti mata uang Cina, Yuan. "Menurut saya, kurs rupiah dan dolar bukan lagi tolok ukur yang tepat," kata Jokowi, seperti dikutip berbagai media, sambil merujuk bahwa Cina saat ini merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
Lebih jauh lagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) rencananya ingin menjadikan mata uang China, yuan sebagai acuan nilai tukar Rupiah yang selama ini masih menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan mengingat bahwa Cina sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, dengan total ekspor mencapai 15% -di atas Eropa (11,4%), Jepang (10,7%), dan Amerika Serikat (10-11%)- sebaiknya tidak dijadikan sebagai patokan satu-satunya.
Jokowi menilai, dengan adanya dinamika politik pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, berimbas pada melemahnya seluruh mata uang dunia, tak terkecuali rupiah. Kurs dolar AS sudah tidak lagi mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Artinya, nilai tukar dolar AS mengarah pada pencerminan kebijakan situasi pasar di dalam negeri AS. Kondisi ini akan menuntun kepada menguatnya dolar AS dibanding nyaris seluruh mata uang utama dunia.
Menurut Jokowi, fenomena ekonomi dunia ini tidak menguntungkan Indonesia. Ia meminta, persepsi nilai tukar rupiah tak lagi mengacu kepada dolar AS, tetapi kepada mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Cina, Jepang, atau Eropa. "Kurs dolar semakin tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Semakin mencerminkan kebijakan ekonomi AS, jalan sendiri. Jangan dibawa persepsi dolar AS," ujar Jokowi dalam Sarasehan 100 Ekonom di Fairmont, Jakarta, Selasa (6/12).
Jokowi mengungkapkan, pemerintah menghindari pengaruh penguatan dolar AS terlalu memberikan pengaruh atas persepsi ekonomi. "Kalau diukur dengan dolar (AS), kita akan terlihat jelek. Padahal ekonomi kita oke-oke saja," ujar Jokowi. Kondisi sebaliknya terjadi bila nilai tukar rupiah diukur terhadap euro, reminbi Cina, atau yen Jepang. Jokowi menilai, rupiah terlihat lebih perkasa bila dipersepsikan dengan mata uang tersebut.
Ia menekankan, pandangan soal nilai tukar yang tak lagi mengacu pada dolar AS ini terbilang penting untuk edukasi masyarakat, agar masyarakat dan pasar tak lagi memantau sebatas dolar AS saja. "Kurs rupiah dan dolar (AS) bukan lagi tolok ukur yang tepat. Yang relevan adalah kurs rupiah melawan kurs mitra dagang kita, mitra terbesar kita Tiongkok," katanya. (Yn)