Hasilnya orang miskin lebih cepat meninggal karena mereka sakit. Terdapat beberapa variabel yang jadi kemungkinan penyebabnya, namun belum bisa dijelaskan. Misalnya seperti akses ke perawatan medis, lingkungan mereka, ketimpangan pendapatan, ataupun kondisi pasar tenaga kerja.
Dari riset American Journal of Public Health menyebutkan laki-laki miskin meninggal rata-rata 10 tahun lebih awal, atau di umur 69 tahun dibanding mereka yang kaya. Sementara wanita yang tinggal di wilayah miskin meninggal 7 tahun lebih awal atau diumur 76 tahun bagi wanita kaya.
Salah satu yang paling menonjol adalah popin kebiasaan merokok dan obesitas. Remaja di wilayah miskin dua kali lipat lebih sering merokok dan 50 persen lebih besar peluang kelebihan berat badan atau obesitas. Artinya terdapat korelasi yang penting dengan perilaku merokok, obesitas dan olahraga.
Dari penelitian tersebut suku juga memberikan pengaruh dalam riset ini, terutama terkait dengan kelaparan. suku Non Hispanis Afrika Amerika 4,5 kali cenderung hidup di wilayah miskin dibanding yang kaya. Selain itu, 48 persen dari anak-anak di titik-titik wilayah miskin hidup di bawah garis kemiskinan.
Peelitian lainnya menyebutkan bila orang miskin yang stres lebih cepat meninggal ketimbang orang kaya yang stres. "Efek kemiskinan dan stres ibarat bom," kata Antonio Ivan Lazzarino, peneliti dari University College London, Inggris. Kesimpulan itu diambil dari hasil riset yang diterbitkan jurnal Archives of Internal Medicine.
Menurut Lazzarino, gabungan kemiskinan dan stres dapat meningkatkan peluang kematian seseorang. Dia tidak memerinci berapa lama umur seseorang yang kaya, tapi stres. Penelitian ini juga belum menjawab alasan orang kaya dapat menoleransi stres dengan lebih baik secara biologis.
"Kami hanya menemukan hubungan antara kekayaan, stres, dan kematian. Tidak berarti (hal itu) membuktikan sebab-akibat," ujarnya.
Logikanya, bila Anda memiliki asupan makanan bergizi, rajin berolahraga dan tidak merokok, maka hidup Anda akan jauh lebih lama dibandingkan mereka yang melakukannya. Ini juga menghindarkan mereka dari kondisi stres.
“Jika teman Anda mengalami obesitas, maka risiko Anda terkena obesitas meningkat hingga 45 persen”, ujar profesor dari Yale University yang meneliti tentang perilaku menular sosial, Nicholas Christakis. “Bahkan jika temannya teman Anda obesitas, maka Anda akan terkena risiko 25 persen lebih tinggi”
Oleh karena ini, penularan kebiasaan sehat sangat diperlukan untuk membangun lingkungan yang sehat. Dengan begitu, angka kematian di usia muda bagi orang miskin bisa dihentikan dengan kesadaran hidup sehat dan hindaris stres. "Hasil laporan ini pasti sangat mengganggu masyarakat di negara ini," ujar penulis studi ini dilansir dari Fox News. (Yn)
*Diolah dari berbagai sumber