BENGKULU, PB – Menginjak tahun 2017, sebuah desa penghasil kopi terbesar di Kepahiang masih terisolir. Desa itu adalah Desa Langgar Jaya Kecamatan Bermani Ilir. Satu-satunya akses jalan menuju desa yang berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan itu penuh kubungan lumpur yang dalam.
Anggota Komite II DPD RI Riri Damayanti John Latief dalam kunjangan di Kabupaten Kepahiang menuturkan, jalan sepanjang sembilan kilometer di Desa Langgar Jaya tergolong rusak berat. Padahal, kata Riri, akses jalan tersebut juga menjadi satu-satunya akses menuju kawasan lainnya seperti Dusun Damar Kencana, Desa Sosokan Cinto Mandi.
“Karena Desa Langgar Jaya terisolir, maka Dusun Damar Kencana juga ikut terisolir. Dikeluhkan warga, bila musim hujan tiba, jangankan menggunakan kendaraan bermotor, bahkan jalan kaki pun kesulitan. Padahal Desa Langgar Jaya ini penghasil kopi terbesar, paling banyak di Kepahiang,” kata senator belia asal Provinsi Bengkulu ini.
Riri menjelaskan, rusaknya jalan menuju Desa Langgar Jaya secara telak telah menghambat kemajuan masyarakat, baik pada bidang sosial ekonomi dan budaya dari waktu ke waktu. Sebab, jalan itu merupakan jalur utama dalam distribusi barang dan jasa, rusaknya jalan memicu inflasi yang tinggi yang akan menyebabkan kawasan ini terus dijerat oleh kemiskinan.
“Seluruh pihak, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten harus menjadikan perbaikan sarana jalan ini sebagai prioritas. Kita harus keroyokan memperbaiki sarana dasar di kawasan ini. Pemerintah Pusat akan kita dorong untuk ikut terlibat agar pembangunan yang merata di seluruh pelosok daerah tidak hanya berhenti sebatas wacana belaka,” kata buah hati John Latief dan Hj Leni Haryati ini.
Kepala Desa Langgar Jaya, Salim, mengatakan, di desa yang ia pimpin terdapat 257 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 887 jiwa. Ia berharap, baik Gubernur maupun Bupati dapat turun langsung ke desa mereka melihat sendiri kondisi kehidupan warganya.
“Selain jalan, sarana pendidikan juga masih minim. Anak-anak kami harus berjalan kaki melewati hutan sepanjang tiga kilometer ke Desa Damar Kencana kalau mau sekolah. Tapi tidak masalah kalau pembangunan sekolah ditunda, tapi jalan harus segera agar kami bisa mengantar anak-anak kami sekolah setidaknya menggunakan motor,” keluhnya.
Selain jalan, seluruh warga Desa Langgar Jaya juga belum menikmati listrik. Minimnya akses sarana dan prasarana di kawasan ini membuat berbagai harga kebutuhan seperti semen bisa melonjak drastis sehingga membuat perekonomian warga sulit untuk berkembang.
“Harga semen bisa tiga kali lipat dari harga normal. Jadi rumah-rumah warga kondisinya sangat memprihatinkan. Kami berharap Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dapat membuka mata akan kondisi kami,” demikian Salim. [MS]