TIONGKOK, produsen pulpen terbesar di dunia, akhirnya berhasil mengembangkan mata pena sendiri, mengakhiri ketergantungan jangka panjang terhadap komponen impor tersebut.
Taiyuan Iron & Steel (Group), atau TISCO, mengatakan pihaknya telah menguasai produksi komponen baja untuk mata pena setelah melakukan percobaan selama lima tahun.
Kepada Xinhua, Selasa (10/1/2016), pihak perusahaan mengatakan bahwa mata pena buatan Tiongkok siap diproduksi massal dan diperkirakan bakal menggantikan komponen impor itu dalam beberapa tahun ke depan.
Produsen alat tulis di Tiongkok memproduksi 38 miliar buah pulpen setiap hari, namun hanya menghasilkan keuntungan kurang dari 0,1 yuan (setara Rp192) per pulpen. Padahal, untuk mengimpor baja yang digunakan membuat mata pena, mereka mengeluarkan dana yang cukup besar, sekira 120.000 yuan (setara Rp32,69 juta) per ton.
“Baja tahan karat yang digunakan untuk membuat mata pena semuanya diimpor dari Jepang,” kata Xu Jundao, manajer Beifa Group, salah satu produsen pena terbesar di Negeri Panda.
Meski proses pembuatan pulpen terlihat mudah, memproduksi mata pena yang mungil dengan efek menulis yang lancar membutuhkan lebih dari 20 proses. Dengan presisi mesin diset hingga ukuran mikrometer yang paling mendekati, persyaratan untuk kualitas baja cukup tinggi, mengingat baja semestinya mudah dipotong namun tidak mudah rapuh.
TISCO menggabungkan inisiatif nasional untuk mengembangkan mata pena pulpen buatan dalam negeri guna mendongkrak posisi industri tersebut dalam rantai nilai tahun 2011 nanti. Namun, penelitian dan pengembangannya terbukti cukup sulit.
Wang Huimian, insinyur senior di TISCO, menuturkan kepada Xinhua bahwa bagian tersulit adalah menemukan formula yang tepat.
Ada beberapa unsur mikro khusus yang harus ditambahkan pada baja cair untuk membuat mata pena berkualitas yang lancar digunakan menulis hingga rentang panjang 800 meter. Tetapi formulanya telah lama dirahasiakan oleh para pabrikan asing, sehingga impor menjadi satu-satunya pilihan bagi para pembuat pulpen di Tiongkok.
Tim Wang mengadakan sejumlah eksperimen untuk mengumpulkan data, menyesuaikan parameter untuk menemukan formulanya.
“Kami akhirnya membuat terobosan pada penghujung 2014. Ketimbang menggunakan bahan tambahan yang kental, bentuk normal bahan tersebut, kami mencoba memotongnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan linier guna menghasilkan interaksi kimiawi yang lebih baik, sehingga bajanya lebih kuat,” ungkap Wang.
Bulan Juni tahun lalu, mata pena pertama buatan Tiongkok telah diproduksi.
“Mata penanya terbukti tahan aus dengan efek menulis yang sempurna, dan dapat sepenuhnya menggantikan komponen impor,” ujar Hu Shengyang, Direktur Beifa Test Lab.
Beifa telah memesan gelombang pertama mata pena buatan lokal dari TISCO. Perusahaan itu berharap bisa menggantikan sepenuhnya bahan baku impor tersebut dalam waktu dua tahun ke depan.
Dilema mata pena ini pertama kali diangkat dan disoroti oleh Perdana Menteri (PM) Tiongkok Li Keqiang bulan Januari 2016 lalu. Dilema tersebut mulai memunculkan sedikit kesadaran terhadap masalah lebih besar yang dihadapi pabrikan Tiongkok – lemahnya daya saing dalam teknologi inti.
Guna mendorong posisi ke level rantai pasokan yang lebih tinggi, Tiongkok menerapkan strategi yang didorong oleh inovasi untuk menciptakan peluang pertumbuhan dan meningkatkan berbagai sektor tradisional.
Pedoman yang diterbitkan People’s Publishing House bulan Mei tahun lalu menyebutkan bahwa Tiongkok bertekad menjadi “negara inovatif” pada 2020 mendatang, pemimpin internasional dalam inovasi tahun 2030, dan penggerak inovasi ilmiah dan teknologi pada 2060.
Bulan November tahun lalu, standar industri untuk mata pena baja, yang disusun oleh TISCO, telah disetujui CMSI, komite standar baja nasional Tiongkok, untuk memacu lebih banyak inovasi.
“Kami berkomitmen menjadi pemimpin untuk bahan baku baja industri melalui inovasi,” pungkas Li Jianmin, direktur teknologi TISCO. [China Xinhua News]