BENGKULU, PB - Pekerja sosial yang profesional sangat dibutuhkan perannya dalam mengatasi permasalahan sosial. Apalagi untuk mengentaskan kemiskinan dan peretasan ketertinggalan.
Menurut Ketua DPD Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) Provinsi Bengkulu, Cucu Syamsudin, untuk menuju keberhasilan peran tersebut, perlu faktor pendukung, seperti jumlah pekerja sosial yang seimbang dengan jumlah penerima pelayanan, serta kompetensi pekerja sosial harus ditingkatkan seiring dengan tuntutan kompleksitas masalah sosial saat ini.
“Peran pekerja sosial sangat dibutuhkan, harus ada standar kompetensi pekerja sosial yang tidak bisa ditawar lagi, dan itu harus ditingkatkan,” sebut Syamsudin, saat memberikan kata sambutannya pada acara Musyawarah Daerah (Musda) ke- 2, Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI), di Balai Pengembangan Anak dan Remaja (BPAR) Bengkulu, Senin (13/3).
Selain itu, lanjutnya, perlu dilakukan transformasi pekerjaaan sosial dari pelayanan sosial, agar dengan terbatasnya pekerja sosial saat ini dapat memberikan pelayanan yang maksimal.
“Kita perlu menghidupkan kader-kader profesional yang mampu berpikir strategis, serta kader pekerja sosial yang mampu menerjemahkan kebijakan pembangunan pekerjaan sosial kedalam pelayanan nyata dan terpadu,’’ sampainya.
Dirinya menegaskan, dengan adanya Musda ini, kompetensi pekerja sosial yang merupakan agen of change atau agen perubahan dapat memastikan inklusitas sasaran pelayanan sosial.
“Pekerja sosial harus memiliki energy yang besar, harus makin inklusif untuk menjangkau siapapun yang membutuhkan pelayanan, serta dapat meningkatkan kinerjanya menjadi sumber keunggulan,” tegasnya.
Semua itu diakuinya butuh proses yang panjang, untuk itu perlu menggadeng berbagai pihak guna mencapai maksud tersebut, karena pekerja sosial adalah mitra bagi pemerintah dalam mengatasi masalah sosial masyarakat.
Wakil Gubernur Rohidin Mersyah yang hadir sekaligus membuka acara tersebut, menyampaikan, kontribusi ilmu sosial saat ini sangatlah berarti dalam mengubah pola pikir masyarakat. Karena, menurutnya, untuk mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan tidak bisa diatasi dengan pembangunan fisik saja.
“Kalau dahulu ilmu sosial ini termarginalkan, tapi sekarang ilmu sosial justru lebih mewarnai dan lebih mampu mengubah konstruksi sosial masyarakat. Dan kuncinya itu, jika sesorang tersebut profesional,” tuturnya.
Seseorang dapat dikatakan pekerja profesional, tambahnya, jika dirinya memiliki kompetensi, punya skill, punya ilmu yang mumpuni dan wawasan yang baik. Namun, sambungnya, untuk dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, harus dilengkapi dengan kerja keras disertai penuh kesungguhan.
Sehingga, jika seseorang tersebut profesional, maka pekerjaannya jelas dan terarah, dapat menyatu dengan berbagai pihak, dan inilah yang dibutuhkan oleh masayarakat, agar mampu mengatasi persoalan sosial yang ada.
“Permasalahan sosial yang komplek ini harus dilakukan cara strategis, dengan cara inklusif atau tidak mementingkan diri sendiri, harus adil, menyatu dengan semua komunitas tanpa memandang suku dan ras, sehingga perannya sangat terasa,” tegasnya. [Ms]