Tanggal 9 Maret adalah Hari Musik Nasional. Penetapan ini dikukuhkan oleh Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013 di masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tanggal 9 Maret diambil dari hari lahirnya Wage Rudolf Supratman, Si penggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dan penetapan itu sebagai upaya meningkatkan apresiasi terhadap musik nasional. Siaran Pers Sekretaris Kabinet saat itu, Dipo Alam mangatakan, bahwa Keppres dikeluarkan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan musik Indonesia, meningkatkan prestasi yang mampu mengangkat derajat musik Indonesia secara nasional, regional dan internasional.
Terkait hal tersebut diatas, Tejo Priyono mewawancarai pemilik album Romantika Revolusi John Tobing. Dia adalah salah satu musisi kerakyatan Indonesia. Salah satu karyanya, Darah Juang, menjadi lagu kebangsaan setiap aksi massa di Indonesia. Berikut petikannya.
Bisa ceritakan sejarah bermusik Anda Bung John?
Konon kata orang tuaku, saat umur 2 tahun aku sudah pintar bernyanyi. Lagu yang sering kunyanyikan adalah: WAN TANA MERAH, lagu Spanyol atau apa, ini aku gak ngerti.
Sambil terus nyanyi, aku menang lomba nyanyi Kelas I – IV SD. Mulai suka bikin drum dari kaleng. Lalu Tahun 1977 dibelikan gitar dan mencipta lagu pertama. Tahun 1979 main organ dan ikut band di SMP Xaverius Tanjungkarang Bandar Lampung.
Sejak itu bikin grup band dan grup akustik di SMA St.Thomas Yogya dan UGM Yogyakarta. Bersama ini juga terus mencipta lagu sampai sekarang.
Terkait Hari Musik Nasional 9 Maret, apa komentar John tentang dunia musik Indonesia saat ini. mungkin ada saran kepada pemerintah harus bagaimana untuk lebih memajukan lagi musik Indonesia?
Musik Indonesia semakin sangat semarak. Muncul aliran musik baru, muncul musisi baru, pencipta, penyanyi, alat musik, studio rekaman, media rekam baru dan seterusnya.
Kemajuan teknologi IT sangat amat cepat sekarang ini. Bisnis rekaman suara pun jadi amat terimbas. Dunia rekaman lagu jatuh miskin. Yang pemula.. sama sekali jadi tak bisa apa-apa.
Saranku pemerintah harus ambil peran penting. Jadikan seni musik ini menjadi bagian dari program pemerintah sebagaimana halnya olahraga.
Bantu pemusik dan pencipta lagu yang pernah memberikan lagunya untuk kejayaan bangsa dengan honor atau gaji bulanan atau apa kek.. Jangan dibiarkan kami jadi tak bisa bekerja di tengah semrawutnya kemajuan teknologi ini. Lindungi dan lakukan sesuatu terhadap kami. Disini peran negara menjadi sangat penting.
Bicara karya, apakah John masih mencipta lagu sampai hari ini?
Ya, aku masih bikin lagu sampai sekarang. Sudah banyak lagu kubikin tapi tak jelas pengarsipannya. Direkam di HP tanpa dicatat. Begitu HP hilang atau rusak… hilanglah laguku itu.
Ini beda dengan jaman awal bikin lagu dulu. Rekam di kaset, catat dibuku. Ada kaset rekaman lagu dan catatan syair di buku. Sekarang kaset banyak hilang. Buku tetap ada 3 buah.
Sekarang rekaman cuma bisa di komputer. Padahal aku pencipta lagu yang tak punya komputer. Gaptek pula.
Begtulah. Lagu terakhir aku bikin untuk satu album berisi 10 (sepuluh) lagu tentang mahasiswa. Sekarang sedang dalam taraf proses menuju rekaman.
Siapa tokoh musik favorit yang mungkin jadi inspirasi bermusik John Tobing?
Di Indonesia belum ada. Tapi dari luar negeri ada grup band Queen. Aku sangat salut pada keseriusannya membikin lagu dan mempersembahkan musik dan cara menyanyikannya. Lalu mereka bikin lagu yang melegenda. Sangat salut.
John, bila tidak sedang bermusik apa aktifitas sehari-hari? Bekerja sebagai apa?
Aku jual kopi asli Jogja. Kopi asli dari petani Bukit Menoreh.
John, kita tahu lagu Darah Juang karya Anda sudah demikian membumi jadi lagu rakyat, banyak musisi seperti Inner Beauty, JRX Superman Is Dead, Marjinal menyanyikan ulang, juga masih jadi penyemangat aksi massa atau dipakai pengamen dalam mengais rejeki. Apa komentar John?
Aku suka lagu Darah Juang dimainkan kawan-kawan itu. Mereka punya nama, malah bagus kan..!
Menurut John bisa tidak sih lagu-lagu kerakyatan itu diterima oleh industri?
Lagu kerakyatan masih sulit diterima industri musik. Yang mendengar tidak semua orang. Jauh dari kemungkinan bisa untung besar. Kalau ada yang nekat produksi pasti rugi.
Selain musik kerakyatan, menurut John bagaimana juga kelangsungan hidup seniman musik tradisi yang memainkan Keroncong, Gamelan, Gambang Kromong dsb itu, karena para pemusik tradisi ini harus bersaing dengan Raisa, Afgan, Adele, Justin Bieber, K-Pop, Taylor Swift dst?
Pertama, Pemerintah harus mengupayakan pementasan musik tradisi ini dengan membuat berbagai perlombaan, festival dan pementasan di setiap kota dan ditampilkan di berbagai aktivitas kenegaraan. Setiap badan/departemen diarahkan untuk membuat kegiatan tadi. Juga televisi harus diarahkan membangun musik tradisi. Dari sini arus musik tradisi dapat menjadi tren di berbagai pementasan swasta seperti festival di radio, pesta perkawinan dan sebagainya.
Yang kedua, proses aktualisasi musik ini harus mendapat perhatian. Pertama kali dari pemerintah. Lalu swasta dengan TV dan radionya. Yang lain… akan mengikuti. Supaya musik ini eksis dan didengar.
Menurut John bagaimana masa depan pemusik-pemusik kerakyatan khususnya tema perjuangan, karena selain John Tobing masih ada Marjinal, Kepal, Red Flag, Sebumi, Jaker dsb?
Musisi rakyat harus berpikir dan bekerja. Berproduksi. Pikir apa dan bagaimana yang harus dilakukan untuk berkarya dan karya itu bisa didengar orang banyak.
Saya sendiri terus berpikir dan berkarya supaya musik kita … musik rakyat harus mendapat tempat dan
Didengar.
Terakhir, apa pesan John untuk musisi-musisi kerakyatan yang masih berjibaku berkarya dan berjuang bertahan hidup?
Berkaryalah terus. Berproduksilah terus. Nyatakan “jaman” lewat karyamu. Musik kerakyatan harus selalu ada dan menjadi bagian yang tak boleh dipisahkan dari kenyataaan keadaan rakyat aktual.
Musik tidak melulu bicara kekasih, cinta dan romantisme cinta. Musik harus juga bicara keadaan yang dirasakan rakyat terlebih suara rakyat masih belum pernah di dengar. Suarakan suara rakyat yang belum didengar ini. Nyatakan bahwa suara rakyat yang ini harus didengar.
Selamat Hari Musik Nasional 2017.
Sumber: Berdikari Online
Photo: http://www.warningmagz.com