BENGKULU, PB - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, April mendatang akan melakukan pemantauan kualitas udara di 34 provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu wilayah, diperlukan pemantauan kualitas udara ambien yang selanjutnya diformulasikan dalam indeks kualitas udara (IKU).
Baca juga: Udara Kota Bengkulu Terbaik Nasional
Kualitas udara sangat berkaitan dengan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan di wilayah tersebut. Salah satu metode pemantauan kualitas udara yang sederhana dan murah dengan menggunakan metode passive sampler, dengan parameter ukur SO2 (sulfur oksida) dan NO2 (nitrogen oksida) yang terbentuk dari hasil pembakaran bahan bakar fossil.
Hasil pemantauan kualitas udara dengan metode passive sampler di Provinsi Bengkulu pada tahun 2016 menunjukan Indek kualitas udara (IKU) Provinsi Bengkulu tergolong sangat baik dengan angka 85,4.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutan Provinsi Bengkulu, Agus Priambudi mengatakan, hasil pemantauan kualitas udara ini akan bermanfaat dalam menyusun indek kualitas lingkungan hidup (IKLH) dan untuk menyusun status lingkungan hidup daerah.
Pemantauan dengan metode passive sampler dilakukan dua kali dalam satu tahun, pada musim kemarau dan musim penghujan. Pemaparan alat sampling passive sampler berada di 4 titik sampling yaitu kawasan perkantoran, pemukiman padat, transportasi dan dan kawasan industri.
Setelah dipaparkan selama dua minggu, alat tersebut dilepas dan dikirimkan kembali ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dianalisa di laboratorium. Hasil pemantauan udara ini akan digunakan dalam menghitung indeks kualitas udara (IKU) yang bermanfaat dalam penyusunan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) Indonesia dan untuk penyusunan laporan status lingkungan hidup Indonesia maupun daerah.
Kepala Seksi Program dan Kerjasama Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Widjihatini menyampaikan, dari hasil pemantauan tahun 2016 rata-rata indek kualitas udara di Indonesia tergolong baik. Namun ada 3 provinsi yang terdeteksi kurang baik yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Riau. Sementara wilayah yang mempunyai kualitas udara yang tergolong unggul adalah Papua Barat.
“Diharapkan data indek pencemaran udara yang didapat dari pemantauan metode passive sampler ini bisa memberikan gambaran kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan dan action dalam mengurangi pencemaran udara," tutup Widjihatini. [Ms]