(Bisikan Samudera)
Oleh Elvi Ansori
Pada samudera itu
Pada kedalaman palung dan gugusan karangnya
Pada yang tersembunyi di bawah ombak dan badainya
Camar laut beterbangan jadi pedoman
Ada asa di tengah samudera sana
Dari tepi Tapak Padre hingga pasar Bantal
Mengikuti arus hingga ke Mentawai
Menebar jala menjaring asa
Menanti saat berbagi hasil tiba
Kini tak ada lagi
Uncu leha yang berbedak bere saat menunggu pak uncu pulang
Uncu leha asik Selfie dengan Hp Kw
Hingga air kopi dan juada lupa terhidang
Tak ada lagi elok-elok pukek dengan lagu yo botoi-botoi
irama hip-hop atau dangdut koplo sebagai gantinya
saat mesin-mesin itu menarik jala
pukat-pukat raksasa penghancur biota
jangan sisakan untuk kami
walau hanya sekedar kerong belang
biarlah Bajan tersenyum di balik karang
ketika kerapu mulai punah
bayam-bayam mulai hilang
Bermain dalam gelombang samudera
Dari tapak Padri hingga ke Linau
Saat cadik patah
Biarkan layar tetap terkembang
Hingga saatnya kapal ini berbalik pulang
Lemparkan hasil kepelelangan
Wajah-wajah tengkulak yang tersenyum hambar
Berikan hasil jerih payah
Yang tak cukup untuk membeli solar
Samuderaku beralun tinggi
Ombaknya mulai surut tak hendak ketepi
Tak ada yang menari
Tak ada yang bernyanyi Pantunpun hilang rimanya
Hanya kosong di depan berandanya
Tapak Padri, Bengkulu, 22122015
(Puisi ini menjadi juara 1 tingkat umum dalam lomba cipta Puisi dalam Rangka Hari Kemaritiman Nasional)