Zahratul Jannah/Instagram
Banyak orang berkata, tidur larut malam adalah kebiasaan negatif yang buruk untuk kesehatan. Faktanya, penelitian ilmiah tidak sepenuhnya mendukung anggapan itu. Beberapa studi membuktikan, terbiasa tidur larut malam alias menjadi "burung hantu" memiliki beberapa keuntungan.
Tapi, jangan salah sangka, Anda tetap harus tidur cukup, minimal tujuh atau delapan jam setiap hari, supaya tetap sehat.
Sebagaimana dikutip dari laman Kompas.com, Jumat (14/4), jika rutinitas Anda membuat Anda terpaksa tidur larut, janganlah juga merasa terlalu buruk. Inilah beberapa keuntungan menjadi "burung hantu" menurut para ilmuwan.
1. “Burung hantu” memiliki IQ yang lebih tinggi
Satoshi Kanazawa, seorang ilmuwan evolusioner di London School of Economics and Political Science, menemukan hubungan antara kecerdasan dan perilaku adaptif yang disebutnya dengan istilah “evolusi langka".
Menurut Kanazawa, mereka yang rutin berkegiatan di malam hari adalah makhluk langka di lingkungannya.
Studi yang dia lakukan menyimpulkan, anak-anak yang lebih cerdas, lebih mungkin untuk tumbuh menjadi orang dewasa nokturnal (terbiasa bangun di malam hari) dan bangun paling akhir di antara rekan-rekannya, baik pada hari-hari kerja maupun pada akhir pekan.
Sementara mereka yang hobi tidur larut memiliki IQ yang lebih tinggi, orang-orang yang bangun lebih pagi lebih mungkin untuk mencapai sukses.
Christoph Randler, seorang profesor biologi di University of Education di Heidelberg, meminta 367 siswa mengungkapkan pada jam berapa biasanya mereka merasa paling aktif.
Randler menemukan, lebih banyak siswa yang bangun pagi yang menunjukkan sikap proaktif dibanding siswa yang biasa bangun siang. Dengan demikian, mereka lebih mudah untuk mencapai sukses.
2. Memiliki "kekuatan malam” yang spesial
Mereka yang tidur larut malam memiliki keunggulan fisik dibanding rekan-rekannya yang terbiasa tidur cepat.
Para peneliti di University of Alberta menguji kekuatan kaki sembilan orang yang rutin bangun pagi dan sembilan orang yang terbiasa terjaga di malam hari.
Mereka yang terbiasa bangun pagi memiliki kekuatan yang konsisten sepanjang hari, tetapi para “burung hantu” memiliki kekuatan lebih tinggi pada malam hari.
Olle Lagerquist, penulis penelitian, mengatakan bahwa hal ini terjadi mungkin karena pada sekitar pukul 21, terjadi peningkatan motorik korteks dan rangsangan sumsum tulang belakang di dalam tubuh mereka yang hobi tidur larut malam. Mengapa hal itu bisa terjadi, para ilmuwan masih menelitinya.
3. Orang-orang yang bekerja di malam hari, lebih kreatif
Peneliti dari Catholic University of the Sacred Heart di Milan menemukan, bahwa orang yang rutin tidur larut malam, cenderung memiliki solusi yang lebih orisinil dan kreatif dibanding orang yang tidur lebih awal.
Marina Giampietro, penulis utama studi tersebut menyebutkan, hipotesis bahwa para “burung hantu” mungkin lebih kreatif karena hobi begadangnya, mungkin mendorong semangat dan kemampuan mereka untuk menemukan solusi alternatif yang orisinil.
4. "Burung hantu" memiliki skor kecerdasan umum yang lebih tinggi
Tahun lalu, para peneliti di University of Madrid merilis sebuah studi mengenai pola tidur sekitar 1.000 remaja.
Studi ini menemukan bahwa remaja yang sering tidur larut ternyata memiliki nilai tes induktif yang berkaitan dengan kecerdasan umum, lebih tinggi daripada teman-teman mereka yang tidur lebih awal.
Tapi, studi yang sama juga menemukan bahwa mereka yang punya kebiasaan bangun pagi mendapatkan nilai yang lebih baik.
5. "Burung hantu" memiliki kewaspadaan mental dengan durasi lebih panjang daripada "burung pagi"
Sebuah studi tahun 2009 oleh Universitas Liege di Belgia memantau 15 orang yang hobi tidur sangat larut dan 16 orang yang terbiasa bangun sangat pagi.
Peneliti mengukur aktivitas otak mereka sebanyak dua kali, yaitu saat bangun tidur dan 10,5 jam kemudian.
Studi ini menemukan, semua peserta memiliki tingkat kewaspadaan yang sama saat mereka baru bangun tidur.
Tapi, 10,5 jam kemudian, mereka yang terbiasa bangun sangat pagi kedapatan memiliki aktivitas yang lebih rendah di daerah otak yang mengatur konsentrasi dan ritme sirkadian, dibandingkan dengan mereka yang terbiasa tidur sangat larut. [Bestari Kumala Dewi/Huffington Post]