Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Insiden Jembatan Pasar Bengkulu, Gejolak Kemerdekaan di Bumi Rafflesia

Bengkulu merupakan daerah perjuangan, pergolakan penuh pengorbanan.

Dengan menyerahnya Jepang kepada tentara sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, maka penguasaan Hindia Belanda (Indonesia) beralih dari Jepang kepada West Pacific Comand (SWPC) pimpinan Jendral Mac. Arthur.

Kemudian dialihkan lagi pada British East Asian Comand (BSEAC) yang dipimpin oleh Laksamana Lord Lois Mountbathen. Kepada tentara sekutu Inggris ditugaskan untuk mengurus tawanan Sekutu dan melucuti senjata Jepang di Indonesia.

Sekutupun mendarat di Palembang pada tanggal 13 Oktober 1945 di bawah pimpinan Mayor Fordice. Ternyata didalam pasukan itu ada pasukan Belanda yang membonceng, yang bermaksud meneruskan kekuasaannya di Indonesia.

Tentara-tentara sekutu itu juga menuju Bengkulu, baik melalui darat maupun Laut. Untuk mengurus pelucutan senjata dan mengurus tawanan perang.

Pada masa peralihan kekuasaan itu banyak terjadi pergolakan dan insiden yang menjadi sejarah. Termasuk di kota Bengkulu. Pada tanggal 5 November 1945 tiga orang Inggris. Yaitu Trevoro, orang Inggris yang berkewarganegaraan Belanda dan pernah menjadi pegawai di tambang emas Lebong Tandai, Kapten Smit dan Kapten Dr. Mycree yang merupakan anggota pasukan Inggris. Mereka bertiga menggunakan mobil sedan biru hendak bergerak ke Lebong Tandai.

Pimpinan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) Bengkulu Nawawi Manaf memerintahkan M. Syafei Imbrahim untuk menghalangi niat ketiga warga Inggris itu. Karena di daerah Lebong Tandai tak ada Tentara Jepang yang harus dilucuti dan tak ada tawanan Sekutu, Hingga tak ada alasan bagi ke tiga warga Inggris itu untuk masuk ke Lebong Tandai.

M. Syafei Ibrahim dan beberapa orang anggota PKR  segera membuat Blokade di depan jembatan Pasar Bengkulu. Blokade itu dibuat berlapis dengan jarak sekitar Lima Puluh meter dari jembatan. Hingga setiap yang melintas akan terhalang.

Tak lama kemudian melintaslah sedan biru yang ditumpangi ketiga orang warga Inggris. Karena terhalang blockade, maka berhentilah sedan itu tepat di depan Syafei Ibrahim berdiri menghadang. Syafei Ibrahim didampingi M. Daud. Seorang anggota PKR yang masih belia (Bukan M. Daud Mustopa).

Pintu depan sedang terbuka. Kemudian keluar salah seorang dari mereka dengan wajah marah. Dan tanpa diduga mengeluarkan sepucuk pistol dari balik bajunya dan menodongkan pistol itu pada Syafei Ibrahim. Melihat gelagat itu, Syafei Ibrahim segera membentak M. Daud yang tak Jauh darinya.

“Mana Tombak?” sergah Syafei Ibrahim pada M. Daud. Segera saja M. Daud memberikan Tombak pada Syafei Ibrahim. Dan ternyata di semak-semak banyak anggota PKR yang bersembunyi mengelilingi sedan. Dan mereka hanya mendengar teriakan “Tombak”. Maka keluarlah anggota PKR yang bersembunyi secara bersamaan. Dan menghujamkan tombak ke mobil dan kedua warga Inggris yang masih ada di dalam Mobil.

Kedua warga Inggris yang berada di dalam mobilpun tewas karena hujaman tombak dari anggota PKR. Sedangkan orang yang menodongkan Pistol pada Syafei Ibrahim dapat dilumpuhkan dan ditawan.

Dua warga Inggris yang tewas dikuburkan dekat jembatan Pasar Bengkulu. Dari dalam Mobil sedan anggota PKR menemukan 3 pucuk Pistol FN keliber 4,5 dan 3 pucuk senapan jungle Rifle dan beberapa kotak peluru, serta bendera tiga warna, merah, putih dan Biru. Semua benda itupun diserahkan ke markas PKR di Tengah Padang.

Atas kejadian itu pihak Jepang sangat marah. Dan Jepang yang masih merasa berkuasa dan bertanggungjawab membuat ultimatum dan ancaman. [Elvi Ansori/Dari Berbagai Sumber]