Bengkulu adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia dengan Ibukota Bengkulu. Terletak di bagian barat daya pulau sumatra dan berhadapan langsung dengan samudra Indonesia.
Kota Bengkulu memiliki potensi wisata sangat indah seperti Pantai Panjang, Benteng Marlborough, Rumah Pengasingan Bung Karno, dan Pantai Tapak Paderi.
Di luar kota Bengkulu juga terdapat objek wisata yang terkenal, terdapat Pemandian Air Panas di Curup, wisata Air Putih di Lebong, dan terdapat bunga Rafflesia yang tumbuh di Kabupaten Kepahiang.
Di Kota Bengkulu sendiri juga memiliki objek wisata alam yang menarik, yakni sebuah danau yang bernama “Dendam Tak Sudah” yang terletak 7 kilometer dari pusat kota Bengkulu.
Di jaman Belanda, danau ini dibuat sebagai dam. Bukti-bukti dam itu masih terlihat sampai sekarang. Dam yang tidak selesai itu menginspirasikan warga setempat untuk menamainya menjadi Dam Tak Sudah dan kata “Dem” di depan kata “Dam” hanyalah plesetan yang sengaja ditimbulkan untuk menggelitik rasa ingin tahu.
Danau Dendam Tak Sudah menjadi tempat tumbuhnya flora fauna yang langka dan endemik, yaitu Anggrek Pensil (Vanda hookeriana), ikan Palau dan ikan Tebakang.
Namanya ikan Tebakang. Ikan ini asli penghuni danau Dendam Tak Sudah yang ada di Kota Bengkulu. Dengan nama latin Kissing Gourame dan nama ilmiah Helostome Teminnckii. Nama lokal ikan Tebakang untuk setiap daerah berbeda, ada yang menyebutnya Ikan Tambakan, Tambak-Tambak, Poni, Bakang, dengan status saat ini langka.
Berdasarkan jenis warnanya terdapat dua jenis warna ikan Tebakang, yaitu hijau metalik dan merah jambu yang ada di danau Dendam berwarna hijau metalik. Ikan ini sekilas mirip dengan ikan Sepat Siam. Namun, ikan ini memiliki garis pada sisiknya.
Ikan ini dapat tumbuh hingga mencapai berat 1kg. Ikan Tebakang betina memiliki ukuran yang lebih besar, jika ikan berbentuk pipih dan lebih kecil adalah ikan Tebakang yang jantan.
Ikan Tebakang hidup secara berkelompok dan berpindah-pindah. Biasanya di rawa. Lebih tepatnya di bawah tanaman air. Ikan Tebakang muncul dalam jumlah besar pada saat musim kawin, sekitar bulan Desember-April bertepatan dengan musim hujan.
Sebenarnya ikan ini dapat dijumpai kapan saja namun jumlah sedikit. Setelah musim kawin, ikan ini meletakkan telurnya di antara akar tanaman air. Telur ikan Tebakang tidak di jaga oleh indukannya, artinya setelah menetas, kerlik* harus hidup mandiri.
Makanan utama ikan ini adalah lumut. Ia juga termasuk ke dalam omnivora, artinya ikan ini pemakan segala. Ikan ini sulit dipancing karena mempunyai mulut yang berlipat, sehingga mata kail dapat terlepas. Nelayan tradisonal biasanya menakul, menjala, atau menggunakan bubu untuk menangkap ikan ini. Dengan kondisi bibir yang seperti itu saat sedang makan ikan ini seperti “mencium”. Sebenarnya ikan ini sedang menggerogoti makanan yang menempel di permukaan benda tersebut.
Ikan Tebakang menjadi langka karena beberapa faktor, diantaranya telur yang di makan oleh ikan lain, jaring nelayan yang rapat membuat kerlik* dapat tersangkut di jaring tersebut sehingga mempengaruhi perkembangbiakannya. Selain itu tingkat konsumsi yang tinggi ikut andil dalam berkurangnya ikan Tebakang di habitatnya.
Karena itulah usaha budidaya perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan Tebakang. [Lica Veronica/Komunitas Ayo Menulis Bengkulu]