Mengawali esai ini, ingatkah kita pada sebuah lirik lagu yang berjudul Jadilah Legenda? Sengaja saya kutipkan untuk mengingatkan kita semua “untuk Indonesia. Kita punya semua, seribu budaya. Dan kekayaan alam yang takkan terkalahkan......”.
Makna dari lirik lagu tersebut menjelaskan Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Budaya yang berbeda-beda tersebut tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke. Walaupun dengan budaya yang beragam kita tetap dapat bersatu menjadi satu kesatuan yang utuh dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda- beda tetapi tetap satu.
Sebelum kita mengkaji lebih dalam tentang budaya literasi, marilah kita mengingat kembali apa itu masyarakat? Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Sesuai dengan kajian esai ini, penulis memfokuskan untuk memberikan aspirasi sesuai judul esai penulis yaitu “Menggapai Sejuta Harapan Bangsa Dengan “Budaya Literasi” untuk Membangun Kesejahteraan Masyarakat di Negeri Tercinta Ini”.
Secara sederhana membangun kesejahteraan masyarakat hanya perlu menanamkan pada diri masyarakat supaya minat baca mereka meningkat dengan sendirinya. Untuk itu budaya literasi harus menjadi prioritas wajib dimasyarakat. Namun budaya literasi ini harus dapat dikondisikan sesuai dengan keinginan masyarakat di negeri yang tercinta ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Budaya Literasi
Budaya Literasi adalah cara untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan sebuah karya. Berdasarkan pengamatan penulis, sebuah proses membaca dan menulis ini sangat baik dikembangkan agar dapat meningkatkan pola pikir masyarakat.
Mengkaji hal ini, walaupun proses membaca dan menulis ini dapat dilakukan oleh semua kalangan dengan mudah, kenapa hanya sedikit minat baca yang tumbuh pada diri seseorang?. Mari kita mengkaji pada aktivitas masyarakat di negeri tercinta ini bahwa berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2006 menunjukkan 85,9 persen masyarakat memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio 40,3 persen dan membaca koran 23,5 persen. Sehingga dapat kita lihat bahwa minat baca harus ditingkatkan pada semua kalangan dimasyarakat.
Literasi
Kegiatan membaca ini sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Literasi ini merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang.
Literasi ini sendiri dapat kita definisikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Kemampuan literasi ini merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Dari beberapa pengertian yang ada di atas menurut penulis dapat disimpulkan bahwa budaya literasi sangat dibutuhkan di masyarakat untuk membantu memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, dan masyarakat karena budaya literasi memiliki sifat “Multiple Effect”.
Menurut data yang penulis dapat pada sebuah laporan penelitian yang menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara yang membudidayakan literasi. Penempatan lima negara pada posisi terbaik yaitu negara Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia. Menurut penulis masyarakat masih belum terbiasa melakukan sesuatu yang berdasarkan pemahaman dari membaca. Masyarakat juga belum dapat mengaktualisasikan diri melalui tulisan.
Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita. Masyarakat masih lebih sering menonton atau mendengar dibandngkan membaca apalagi menulis.
Dimensi Literasi
Literasi memiliki tujuh dimensi yang berurusan dengan penggunaan bahasa, yaitu :
(1) Dimensi geografis meliputi daerah lokal, nasional, regional, dan internasional. Literasi ini bergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring sosial.
(2) Dimensi bidang meliputi pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan lain sebagainya. Literasi ini mencirikan tingkat kualitas bangsa dibidang pendidikan, komunikasi, militer, dan lain sebagainya.
(3) Dimensi keterampilan meliputi membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Literasi ini bersifat individu, dilihat dari tampaknya kegiatan membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Dalam tradisi orang barat, ada tiga keterampilan 3R yang lazim diutamakan seperti reading, writing, dan arithmetic.
(4) Dimensi fungsi, literasi untuk memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan potensi diri.
(5) Dimensi media, (teks, cetak, visual, digital) sesuai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, begitu juga teknologi dalam media literasi.
(6) Dimensi jumlah, kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikan yang berkualitas tinggi. Literasi seperti halnya kemampuan berkomunikasi bersifat relative.
(7) Dimensi bahasa, (etnis, lokal, internasional) literasi singular dan plural, hal ini yang menjadikan monolingual, bilingual, dan multingual. Ketika seseorang menulis dan berliterasi dengan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris, maka ia disebut seseorang yang multingual.
Dari ketujuh dimensi di atas menurut penulis ketujuh dimensi ini adalah hal yang saling berhubungan satu sama lainnya. Perlu kita cermati bahwa jika diantara salah satu dimensi ini tidak terpenuhi pasti akan berdampak pada dimensi-dimensi yang lain. Dimensi ini jika dipenuhi dengan baik oleh masyarakat pastinya kegiatan budaya literasi akan berjalan dengan lancar dan terasa sangat menyenangkan saat melakukan aktivitas literasi.
Melalui tulisan ini, penulis ingin memberikan sebuah aspirasi kepada masyarakat agar dapat mengkaji kembali salah satu tahapan untuk membangun kesejahteraan di era reformasi ini karena masyarakat berperan penting dalam mewujudkan dan menyukseskan kegiatan-kegiatan. Oleh karena itu, masyarakat harus mencermati dan mengkaji kembali suatu bentuk budaya literasi yang akan menimbulkan dampak positif di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penerapan Budaya Literasi
Budaya literasi bisa dilakukan di sekolah, keluarga, masyarakat, maupun dimana saja. Menurut penulis kuncinya jadilah model yang baik dalam menumbuhkan kebiasaan membaca. Kunci yang tidak kalah penting adalah sabar dalam menuggu perkembangan budaya literasi yang dilakukan. Selama akses terhadap buku dibuat mudah dan beragam, kita bisa optimis bahwa kebiasaan membaca akan tumbuh dengan baik dan bertahan lama.
Mengingat hal tersebut, kita mengetahui bahwa literasi ini dapat dilakukan dimana saja tanpa membuang terlalu banyak tenaga, walaupun literasi hanya dilakukan sekitar 10 menit per hari asalkan kita mengoptimalkan waktu tersebut dengan baik manfaat yang didapat sangatlah besar.
Pada akhir tulisan ini, penulis berkesimpulan untuk membangun kesejahteraan bisa kita mulai dari hal kecil salah satunya budaya literasi ini yang apabila dilakukan dengan mengoptimalkan waktu yang ada akan sangat bermanfaat sebagai bekal untuk membantu membangun kesejahteraan masyarakat Republik Indonesia.
Menutup esai ini, sebuah curahan hati sengaja saya kutipkan untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat umum :
“Lebih baik kita memulai dari sekarang dengan niat dan tekad yang kuat daripada tidak memulai sama sekali. Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Mulailah dari sekarang.”
Sumber: Komunitas Ayo Menulis Bengkulu