Sebelum tiba di rumah tempat Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir, orang bisa memandang sebuah pemandangan indah berupa danau terluas kesebelas di Indonesia, Danau Maninjau. Bentuknya nyaris seperti genangan air yang tenang dalam baskom raksasa. Keelokannya bila dilihat dari ketinggian menunjukkan keagungan karya Sang Maha Pencipta.
Ahmad Runako, Kabupaten Agam
Rumah Muhamad Said, ayah Rasuna Said, terletak hanya sekira 1 KM ke arah kiri setelah tiba di Danau Maninjau melewati Kelok Ampek Ampek (44) jika dari arah Bukittinggi. Rumahnya berlantai dua, cukup besar untuk ukuran bangunan dizamannya.
"Ayah Rasuna Said dulu memang saudagar kaya," kata Yusna Wirson, penjaga rumah yang kini juga berfungsi sebagai mushalla yang diberi nama An Nur H M Said.
Di rumah tokoh yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Cabang Sarekat Rakyat, salah satu organisasi sayap PKI itu, terdapat dua papan merk milik Pemerintah Kabupaten Agam yang menegaskan bahwa rumah itu merupakan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11. Setiap orang yang merusaknya akan mendapatkan sanksi.
Baca juga : Rasuna Said, Perempuan Maninjau yang Dikagumi Bung Karno
Di dalam rumah, pada lantai pertama tampak bersusun sajadah dan mimbar sederhana. Karena imam mushalla siang hari bekerja di sawah sebagai petani, lantai satu dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk melaksanakan shalat berjamaah hanya saat Subuh, Magrib dan Isya.
Sementara pada lantai dua terdapat tiga kamar besar yang disangga dengan kayu-kayu kokoh. Terdapat sebuah ruangan berjendela di belakangnya yang bisa digunakan untuk memandang keanggunan Danau Maninjau yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah.
Tidak seperti Rumah Kelahiran Buya Hamka yang memuat koleksi benda-benda peninggalannya, tidak ada peninggalan bersejarah milik keluarga Muhamad Said di rumah ini. Di beberapa sudut ruangannya hanya tampak lemari buku tanpa isi.
"Tapi semua yang di rumah ini masih asli bawaannya. Pemugaran baru pertama kali dilakukan oleh Garuda Indonesia tahun 2013 kemarin. Kata pimpinan rombongannya waktu itu sangat disayangkan ada pahlawan besar nasional dari kampung kita namun rumahnya dibiarkan kusam," jelas Yusna.
Meski pemerintah telah menawarkan agar rumah perempuan yang pernah memimpin media "Raya" dan "Menara Poetri" untuk melawan penjajahan Belanda ini dikelola oleh negara, jelas Yusna, namun Saniah Said, pewaris keluarga Muhamad Said menolak.
"Ibu Saniah ingin mempertahankan rumah ini sesuai dengan bentuk aslinya. Tidak seperti Rumah Buya Hamka yang telah dikelola penuh oleh pemerintah," ujar Yusna sambil menunjuk ke arah rumah tokoh Masyumi yang juga dikenal sebagai seorang ulama dan sastrawan Indonesia itu.
Menurut Yusna, tidak ada keluarga Rasuna Said yang saat ini tinggal dan berdomisili di kawasan Danau Maninjau. Ia sendiri adalah seorang perantauan yang menyewa rumah Saniah Said, pewaris keluarga Muhamad Said, yang letaknya persis di sebelah rumah Rasuna Said.
"Seluruh anaknya tinggal di Jakarta. Tapi sesekali mereka pulang ke sini," ungkap Yusna yang oleh pewaris Muhamad Said dipercaya untuk menjadi juru kunci rumah mereka. [**]