Adalah rindu,
Kata yang terlalu kelu kuutarakan. Naif kutiadakan.
Pada sebuah cita, aku ingin menggapai bersama restumu
Kau berkeras menahanku tapi aku lebih keras memaksamu melepas
Sampai di suatu pagi kauhanya menepuk pundakku dengan senyum paling berat lalu kita saling melambai
Dan jarak mulai membentang rindu
Dalam bentangan jarak sebongkah gelisah belum juga beranjak
Dan dedaun bersigesek menyampaikan padaku tentang ketegaranmu
Juga embus angin pegunungan membisik tentang,
kelemahanmu yang kaubungkus keangkuhan
Tapi doamu mengantarku hingga selamat
Tapi,
kita terlalu dingin untuk sekadar bertukar kabar
Berpura-pura acuh. Berpura-pura tegar
Kita adalah kedekatan yang renggang oleh kepura-puraan
Selamat tidur, raja
Aku ingin kauhadir dalam bunga tidur sebagai kehangatan yang menjalar abadi dalam segalaku
Aku ingin memeluk seluruhmu
Aku ingin, sekali saja kita menjadi jujur bahwa mawar itu cantik dan wangi meski berduri
Sebelum hati kita tak lagi memahami kerinduan
Sebelum satu di antara kita pulang ke peraduan
Lathifah Prayuna. Bengkulu, 5 Agustus 2017
Karya puisi ini dibuat dalam tugas kelas Sekolah Junalistik Kerakyatan yang diselenggarakan oleh Pedoman Bengkulu bersama Komunitas Ayo Menulis Bengkulu dan Rafflesia Motion
Foto Istimewa