JAKARTA, PB - Beberapa tahun ini, seluruh wilayah di dunia dihadapkan pada memburuknya perubahan iklim global yang memengaruhi kebutuhan sumber pangan, air dan energi.
Dalam menyikapi ancaman ini, Indonesia dengan EARO WHO (South-East Asia Regional Office World Health Organization) menyelenggarakan pertemuan antar Menteri Kesehatan negara-negara anggota pada tanggal 6 sampai 10 September 2017 lalu di Paradise Islands Resort, Maladewa.
Pertemuan ini dihadiri oleh 11 negara delegasi yang terdiri dari Indonesia, Myanmar, Timor-Leste, Thailand, India, Maladewa, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Bhutan, dan Republik Rakyat Demokratik Korea.Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Kesehatan, Prof. Nila F Moeloek yang didampingi oleh Staf Khusus Menkes RI, Diah Saminarsih; dan Staf Ahli Menko PMK RI , Sonny Harry B Harmadi.
Dalam pertemuan 11 negara tersebut, delegasi Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia saat ini telah melakukan upaya untuk menanggulangi perubahan iklim tersebut, termasuk Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan Iklim berupa Permenkes nomor 1018 tahun 2011.
Menghadapi ancaman perubahan iklim ini, maka pencegahan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja dan harus dilakakukan bersama-sama. Karena hal itu, peran WHO diharapkan bisa mendukung pembangunan kesehatan di 11 negara anggota SEARO di tengah perubahan iklim global ini.
Pertemuan yang telah berlangsung tersebut mempunyai harapan besar agar bisa menghasilkan kesepakatan bersama tentang pengembagan dan implementasi sistem kesehatan nasional guna menghadapi perubahan iklim; mengidentifikasi peluang dan kesenjangan masing-masing negara dalam rangka memperkuat sistem ketahanan kesehatan untuk menghadapi perubahan iklim. [***]