Dalam sepekan, Bengkulu dua kali bergetar karena gempabumi. Pertama hari Jumat (5/7/2019) pukul 16.40 WIB dengan kekuatan 5.0 maghnitudo di kedalaman 10 km di wilayah 46 km barat daya Mukomuko. Kedua, hari Rabu (10/7/2019) pukul 05.54 WIB dengan kekuatan 4.7 maghnitudo di kedalaman 10 km di wilayah di laut 91 km Barat Daya Bengkulu Utara.
Tiga bulan sebelumnya, sebanyak 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 12.000 warga mengungsi dan 13.000 terdampak akibat banjir setelah hujan deras melanda Bengkulu pada hari Sabtu, 27 April 2019. Saat itu, nyaris seluruh kawasan yang melintasi Sungai Bengkulu terendam banjir.
Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala banyak memberikan peringatan mengenai bencana. Salah satunya dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 Allah berfirman, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kebebasan adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada manusia. Hewan, pepohonan, malaikat bahkan setan, tidak memperoleh pemberian tersebut. Manusia bebas untuk memilih menjadikan dunia sebagai sumber kebahagiaan dan kemuliaan, atau justru menjadi sumber bencana dan kenistaan.
Celakanya, kebebasan manusia itulah yang sering mengundang bencana. Ketika orang-orang menggunakan kebebasan itu untuk merusak keseimbangan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan bangsa dengan bangsa, maka saat itu sebenarnya orang-orang sedang mengundang bencana.
Allah telah menyediakan alam untuk kehidupan manusia bukan untuk dirusak, bukan agar bisa dipakai untuk menindas dan mengeksploitasi sesama manusia, melainkan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmurkan bersama, digarap dengan gotong royong atas dasar kasih sayang satu dengan yang lain.
Ketika manusia merusak, menindas dan mengeksploitasi alam dan sesamanya, maka bencana menjadi hal yang tak terhindarkan.
Dan dengan bencana itu bukan berarti Allah tidak sayang kepada hamba-Nya, melainkan menjadi bukti bahwa sejatinya Allah sayang. Allah memberikan peringatan agar manusia mau kembali kepada jalan-Nya dan bertekad merubah diri dengan menjaga keberlangsungan bumi untuk generasi-generasi berikutnya.
Saking sayang kepada hamba-Nya, Allah bahkan mengirimkan orang-orang yang membawa peringatan agar manusia tidak merusak bumi. Mereka adalah nabi-nabi atau orang-orang yang telah Allah pilih untuk mendeklarasikan dirinya sebagai da’i, menghabiskan hari-harinya mengajak manusia kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran.
Nah, sekarang sudah saatnya pemerintah di Bengkulu mengkoreksi semua kebijakan pembangunannya. Apakah pembangunan itu merusak lingkungan atau tidak. Apakah pembangunan dilakukan di atas kepentingan umat manusia atau hanya untuk kepentingan segelintir pemilik modal.
Seturut dengan hal itu, gubernur, wali kota, para bupati, para dewan, para birokrat, mulai sekarang hendaknya mesti mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan suku, ras dan golongan. Pastikan betul seluruh kebijakan pertambangan dan perkebunan di Bengkulu tidak mengundang murka Allah subhanahu wa ta’ala.
Kemudian yang lebih penting dari itu, gubernur, wali kota, para bupati, para dewan, para birokrat, harus gencar membangun suasana agama di Bengkulu. Caranya gampang, cetak sebanyak-banyak mungkin da’i yang tanpa berharap materi, namun dengan senang hati bersedia untuk mengajak orang-orang dimanapun dan kapanpun taat kepada Allah. Inilah jalan terbaik menolak bencana di Bengkulu.