Terlahir sebagai provinsi 51 tahun yang lalu, Bengkulu menyimpan potensi pariwisata yang tak tertandingi di Sumatera.
Bisa dikatakan demikian setidaknya karena beberapa hal.
Adanya Benteng Marlborough sebagai benteng terbesar se-Asia Tenggara yang dibangun pada 1709, tempat pengasingan Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 1938 hingga 1942 dan tanah kelahiran ibu negara pertama di Indonesia, Fatmawati, penjahit Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan ketika Indonesia menyatakan diri merdeka.
Selain itu, di Bengkulu wisatawan juga bisa menjumpai puspa langka, Rafflesia Arnoldi, dengan jenis beragam yang di dunia hanya tumbuh di tanah Bengkulu sehingga membuat provinsi ini mendapatkan julukan Bumi Rafflesia.
Lalu, kalau bukan karena ancaman orang tenggelam, sampah, dan bangunan semi permanen yang dibangun serampangan, pantai di Bengkulu mungkin akan menjadi pantai-pantai yang paling menawan di Indonesia.
Tahun 2020 ini, Pemerintah Provinsi Bengkulu telah menetapkan agenda Wonderful Bengkulu sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Agenda tersebut selaras dengan RPJMD Provinsi Bengkulu 2016-2021 yang menukilkan pengembangan pariwisata sebagai salah satu program prioritas dan memberikan mandat kepada Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk mengembangkan destinasi wisata, penguatan kelembagaan pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata dan industri pariwisata.
Selanjutnya, Pemerintah Provinsi menetapkan sejumlah kegiatan Wonderful Bengkulu 2020 seperti Festival Sport Tourism of Bencoolen pada Juni 2020, Festival Bumi Rafflesia Juli 2020, Festival Tabut Agustus 2020, Bencoolen Marine Festival September 2020, dan Festival Pesisir Pantai Panjang November 2020.
Tiga diantaranya seperti Festival Bumi Rafflesia, Festival Tabut, dan Festival Pesisir Pantai Panjang masuk dalam Calendar of Event (COE) 2020 Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai agenda 100 Wonderful Indonesia.
Akankah berbagai acara itu mampu menjadi daya tarik wisatawan, menjadi sumber penerimaan daerah, dan mengenalkan Bengkulu ke kancah internasional?
Seabrek persoalan perlu dipecahkan segera.
Diantaranya, konektivitas infrastruktur antara satu destinasi dengan destinasi wisata lainnya di Bengkulu belum terbangun dengan baik.
Alangkah bagusnya bila Pemerintah Provinsi membangun sarana transportasi modern yang menghubungkan antara Bandar Udara Fatmawati Soekarno dengan ratusan destinasi wisata yang ada di kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu agar tidak merepotkan wisatawan untuk melihat Bengkulu secara keseluruhan.
Kemudian, minimnya tempat hunian yang nyaman bagi para pelancong di kabupaten-kabupaten juga menjadi persoalan yang sulit untuk dipecahkan dengan segera. Di Bengkulu, hotel berbintang hanya berpusat di Kota Bengkulu.
Selanjutnya, antisipasi tenggelamnya wisatawan yang berenang di area pantai. Hingga kini, pemerintah belum mampu menyiapkan petugas dan alat-alat keselamatan bersertifikasi yang dapat disiagakan untuk menolong mereka yang ingin merasakan sensasi berendam di pantai.
Di samping itu, masih banyak desa di Bengkulu yang masuk area blank spot atau area yang tidak tersentuh sinyal komunikasi menyulitkan wisatawan untuk memposting atau mempromosikan objek-objek wisata indah yang mereka kunjungi di desa-desa. Sepele, tapi penting.
Setelah itu, belum semua destinasi wisata Bengkulu terkemas dengan baik. Antara masyarakat, industri wisata dan pemerintah masih tampak berjalan sendiri-sendiri dalam mengelola setiap potensi wisata yang ada.
Terakhir dan terpenting, wisata Bengkulu tidak memiliki ciri unik yang dapat membedakannya dengan seluruh destinasi lain di Indonesia, bahkan di dunia.
Dalam hal ini, gagasan untuk mengangkat religiusitas sebagai brand mark terbaik yang bisa dimiliki Bengkulu layak untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Provinsi.