PedomanBengkulu.com, Bengkulu – Langkah yang diambil Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu dalam upaya pengelolaan sampah dalam mewujudkan Kota yang bersih, sehat, dan Indah yang melibatkan seluruh Perguruan Tinggi baik itu Negeri ataupun Swasta di Kota Bengkulu, dinilai sangatlah tepat.
Hal tersebut disampaikan salah satu Mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam (GEMPA) yang salah satu organisasi di kampus Hijau Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
Mahasiswa tersebut bernama M. Taufik Akbar, dirinya menyampaikan dukung serta mengapresiasi Pemerintah dalam upaya mewujudkan Kota Bengkulu yang bersih, sehat, dan Indah, bahkan tema diangkat “merdeka belajar, merdeka sampah” sangatlah sejalan dengan Permendikbud 3 tahun 2020.
“Di Kota Bengkulu permasalahan sampah saat ini yang praktis dan aktual, mulai dari pengumpulan sampah di RT atau RW, hingga pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disediakan oleh Pemerintah,” ungkapnya kepada media ini, Selasa (26/01/2021).
Taufik yang juga Ketua Umum GEMPA, upaya penyelesaian sampah menurut hasil Seminar nasional yang pernah dilakukan GEMPA 2019 lalu, dengan tema “Telah nampak kerusakan di darat dan di langit disebabkan karena perbuatan tangan manusia” yang menghadirkan pemateri Dimas Bagus Wijanarko Founder “Get Plastic” Jakarta.
“Seminar tersebut dalam pengelolaan sampah dimulai dari rumah tangga yang banyak merupakan sampah organik akan dapat dengan mudah diubah menjadi kompos dengan proses yang sederhana. Selain itu, untuk menunjang pengolahan sampah yang lebih mudah di TPA, sampah-sampah harus sudah dipilah-pilah sejak dari sumbernya,” terang Taufik.
Tidak itu saja, Taufik, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah ini juga menyampaikan, didalam seminar tersebut, Dimas Bagus Wijanarko Founder, penggagas kampanye Gerakan Tarik Plastik atau Get Plastik ini juga menjelaskan bagaimana cara pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bahan bakar.
“Dimas dan Komunitas Get Plastik membuktikan plastik yang selama ini membawa petaka, plastik bisa diubah menjadi bahan bakar, dan peralatan yang digunakan cukup sederhana, hanya serangkaian pipa yang terhubung dengan tabung vakum bertekanan tinggi, lalu disambungkan dengan gas elpiji yang berfungsi sebagai pemanas,” sampainya.
Cara kerjanya pun terbilang cepat. Segumpal sampah plastik dimasukkan ke dalam tabung vakum. Tabung kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 400 derajat Celcius. Lima menit kemudian, setelah melewati jalur pendinginan, tetesan-tetesan minyak murni keluar dari pipa.
“Dimas bernama tehnik tersebut distilasi bertingkat, untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar. Metode yang digunakan adalah pirolisis, yakni proses dekomposisi termokimia bahan organik melalui pemanasan tanpa menggunakan oksigen atau dengan kadar oksigen sedikit mungkin,” katanya.
Diketahui Gempa adalah organisasi kepemudaan yang bergerak dibidang Advokasi Lingkungan, sosial dan masyarakat, GEMPA dideklarasikan pada tanggal 10 November 2001, sampai sekarang GEMPA tetap komitmen dalam pergerakan di bidang Advokasi Lingkungan, sosial dan masyarakat. [Soprian]