PedomanBengkulu.com, Bengkulu – Pindahnya Balai Kota Bengkulu menuai banyak pertanyaan warga Kota Bengkulu. Pesan Whatsapp (WA) di handphone Walikota Bengkulu Helmi Hasan pun terus Berdering.
Dari berbagai pesan WA yang masuk, warga Kota Bengkulu mempertanyakan soal pelayanan publik. Apakah Sekda dan Asisten juga berkantor di Masjid? Bagaimana pola kerja yang diterapkan birokrasi jika Walikota berkantor di Masjid?
Menjawab pertanyaan itu, Walikota Bengkulu Helmi Hasan mengatakan, Kantor Walikota itu tetap di Bentiring, sementara yang pindah di Guest House Alun-alun sekitar Masjid At-Taqwa itu adalah Balai Kota.
“Jadi kalau kantor tetap di Bentiring yang pindah di Guest House Alun-alun sekitar Masjid At-Taqwa itu adalah Balai Kota. Karena Balai Kota akan dibuat Mall Pelayanan Publik. Sebelum Balai Kota dibangun, sementara Balai Kota akan menumpang di Guest House Alun-alun sekitar Masjid At-Taqwa. kalau Sekda, para Asisten dan Pejabat lain tetap di Bentiring,” ungkap Helmi Hasan, Senin (8/3/2021) malam.
Helmi menjelaskan, perpindahan Balai Kota ke Alun-alun sekitar Masjid Masjid At-Taqwa itu guna menghemat pengeluaran. Sementara Balai Kota dalam tahap pembangunan.
“Kalau Balai Kota itu harus menyewa tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka kita memilih untuk kemudian menggunakan Guest House yang sudah dibangun serangkaian membangun Alun-alun,” kata Helmi.
Terpisah, Kepala Dinas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Bengkulu Toni Harisman mengungkapkan, rencananya MPP akan diresmikan bersamaan dengan Hari Jadi Kota Bengkulu ke 302.
“Keseriusan Bapak Walikota dan Wakil Walikota untuk membangun MPP sangat besar, karena itu bersama Dinas PUPR kami sedang menyiapkan berbagai infrastruktur untuk kelancaran MPP tersebut. Insya Allah dalam waktu dekat gerainya akan selesai sehingga akan diresmikan Bapak Walikota pada 17 Maret 2021,” ujarnya.
Mengapa Harus di Masjid?
Walikota Bengkulu Helmi Hasan menyebut perpindahan Balai Kota itu sekitar Alun-alun Masjid At-Taqwa itu untuk menghemat pengeluaran, sementara Balai Kota dalam tahap pembangunan.
“Untuk penghematan, semua proses pemindahan tak memakan biaya. Mulai dari AC, kursi, hingga karpet semuanya juga tidak ada yang baru. Kita meminimalisir biaya, silakan anggarannya untuk kepentingan lainnya seperti perencanaan Mal Pelayanan Publik di Balai Kota,” ujar Helmi Hasan.
Ruang yang berukuran 4 meter x 5 meter itu menjadi tempat koordinasi dan memanggil Kepala Organisasi Perangkat Daerah untuk tetap memikirkan kemajuan kota. Tak tampak kemewahan, AC, meja, kursi, hordeng, hingga karpet pun tak ada yang baru, semua adalah barang lama yang sebelumnya digunakan di Balai Kota. Tak ada biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan fasilitas tersebut.
“Tak perlu mewah-mewah, yang terpenting bagaimana pemerintah berbuat untuk masyarakatnya dan menciptakan kebahagiaan. Kalau sudah dibuat Mal Pelayanan Publik nanti, tentu masyarakat akan lebih mudah mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan,” sampai Helmi.
Bagi Helmi, perpindahan ke Alun-alun Masjid At-Taqwa justru akan memperdekatkan dirinya melakukan amalan amalan ibadah. Bukan karena keinginan bermewah-mewahan.
“Kalau ngantor di masjid, tentu hati akan semakin tenang karena setiap hari mendengar dan melihat amalan-amalan ibadah. Saya juga mengajak seluruh masyarakat untuk memuliakan rumah ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing dengan amalan-amalan kebaikan di dalamnya,” ungkapnya.
“Kalau semua sudah memuliakan rumah ibadah, insya Allah Kota Bengkulu selalu diberkahi dan dinaungi keselamatan,” demikian Helmi Hasan. [Medi Muamar/ADV]