PedomanBengkulu.com, Bengkulu – Diwariskan oleh Pemerintah Militer Jepang yang menduduki Indonesia pra merdeka, sistem tata pemerintahan yang populer dengan sebutan RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga) atau dahulunya Rukun Kampung menjadi organisasi keluarga tingkat terbawah yang cukup efektif dalam mengawasi dan mengontrol pembangunan di tengah-tengah masyarakat, termasuk di era pandemi covid-19.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengatakan, sebagai organisasi warga berbasis kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan gotong royong, RT/RW adalah ujung tombak pembangunan terutama yang menyangkut urusan sosial kemasyarakatan.
“Saya paling senang mendengarkan aspirasi dari RT/RW karena pasti aspirasi itu langsung dari warga. Saya yakin maju mundurnya pembangunan yang dilakukan pemerintah, terutama dalam urusan sosial kemasyarakatan, sangat erat hubungannya dengan pembinaan, pengoyaman dan penataan RT/RW,” kata Hj Riri Damayanti John Latief, Senin (3/5/2021).
Alumni Magister Manajemen Universitas Bengkulu ini menuturkan, RT/RW mampu mempertahankan eksistensinya karena kemampuannya untuk mengurus warga tanpa pembelahan politik, agama, suku, ras, kelompok dan golongan. Menurutnya, RT/RW adalah para tokoh masyarakat yang ikhlas dan tulus dalam mengayomi masyarakat.
“Sebuah kewajaran kalau pemerintah daerah memperhatikan kesejahteraan para RT/RW dengan memberikan insentif yang mungkin sebenarnya nilainya masih tergolong kecil untuk begitu banyak kerja dan tanggungjawab yang mereka pikul mulai dari suka duka warga, menengahi konflik sampai-sampai kayak penggerebekan pun kadang melibatkan RT/RW,” ungkap Hj Riri Damayanti John Latief.
Wakil Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bengkulu ini menjelaskan, pandemi covid-19 belum tahu kapan akan berakhir dan berbagai bantuan masih diperlukan oleh masyarakat yang secara ekonomi melemah imbas dari pembatasan aktivitas sosial sejak wabah merebak ke seluruh penjuru negeri.
“Sejak pembatasan sosial berlaku, banyak yang kena PHK. Sudah banyak bantuan sosial yang disalurkan kepada masyarakat dan ini membutuhkan peran penting dari RT/RW untuk ikut menentukan siapa warga yang benar-benar layak dapat bantuan atau tidak. Disini, kemuliaan seorang RT/RW sangat bergantung pada kearifan dan keadilannya dalam melakukan pendataan agar setiap bantuan pemerintah benar-benar jatuh untuk mereka yang kurang mampu atau mengalami keterpurukan ekonomi,” ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
Saat ini, Wakil Bendahara III Ikatan Keluarga Seluma, Manna, Kaur (SEMAKU) ini menambahkan, RT/RW sangat dibutuhkan untuk ikut memantau warganya yang baru datang mudik agar kasus covid-19 bisa terkendali.
“Tidak kalah penting bagi RT/RW saat ini untuk sering-sering mendorong warganya untuk membangun ketahanan pangan. Banyak cara. Manfaatkan halaman rumah, tepi gang, lahan-lahan kosong yang ada di lingkungan RT/RW dan lain-lain. Bikin kebun-kebun mini. Saya siap menjembatani RT/RW kalau mau dapat bibit-bibit unggul gratis dalam jumlah banyak,” demikian Hj Riri Damayanti John Latief.
RT pada era militer Jepang bernama Tonarigumi yang dibentuk untuk mengetatkan pengendalian militer Jepang terhadap penduduk pribumi agar mendapatkan kontrol penuh terhadap masyarakat Indonesia.
Dengan organisasi ini, militer Jepang bisa dengan mudah mengetahui jika ada yang membelot atau melakukan pemberontakan sekaligus dapat dengan efektif memobilisasi kebutuhan-kebutuhan para tentara di tengah kobaran Perang Dunia II. [Muhammad Qolbi]