PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Meski jumlahnya turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 54,91 persen, rumah tangga di Provinsi Bengkulu yang memiliki akses terhadap sanitasi tak layak masih tergolong tinggi yakni mencapai 52,67 persen pada 2020 sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengingatkan agar stakeholder terkait di Bengkulu menjadikan pemenuhan air bersih dan sanitasi sebagai agenda prioritas sebelum membawa dampak buruk bagi masyarakat.
"Kementerian terkait komitmennya sudah cukup bagus dalam merespon hal ini. Pemerintah provinsi sampai ke desa-desa tanpa terkecuali harapannya punya semangat yang sama karena setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin serta mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat," kata Hj Riri Damayanti John Latief, Selasa (26/10/2021)
Perempuan yang memiliki wajah anggun khas Bengkulu ini menyatakan siap untuk bekerjasama dengan stakeholder terkait, baik dalam hal mendorong pemerintah pusat agar memberikan perhatian khusus untuk Bumi Rafflesia, maupun bersama-sama dalam meningkatkan pemahaman peserta tentang peran strategis pemerintah desa dalam mendukung target capaian air minum dan sanitasi.
"Saya senang sekali kalau bisa bekerjasama untuk mengunjungi desa-desa yang ada untuk melihat potensi dan kekuatan apa yang ada di desa tersebut sehingga berbagai persoalan bisa dihimpun sebagai aspirasi yang akan diperjuangkan di Senayan," ungkap Hj Riri Damayanti John Latief.
Wakil Bendahara III Ikatan Keluarga Seluma, Manna, Kaur ini menekankan bahwa saat ini selain pemenuhan air dan sanitasi yang layak, berbagai tantangan krusial juga muncul semakin kompleks seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, urbanisasi, hingga perilaku amoral generasi milenial.
"Buruknya akses air bersih dan sanitasi itu bisa menimbulkan persoalan-persoalan lain yang banyak. Misal saat musim banjir seperti sekarang, dimana-mana orang butuh air bersih. Bahkan sejak awal pandemi covid-19, kebutuhan akan air meningkat drastis karena penerapan protokol kesehatan membutuhkan ketersediaan air bersih yang cukup bagi semua masyarakat," tegas Hj Riri Damayanti John Latief.
Alumni Magister Manajemen Universitas Bengkulu ini menambahkan, tak kalah penting adalah mengurangi ketimpangan akses air dan sanitasi antara wilayah perkotaan dan pedesaan yang sampai saat ini belum tertanggulangi dengan baik.
"Sesuai data BPS, di Bengkulu perbedaan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi tak layak di daerah perdesaan dibandingkan perkotaan masih lebar sekali. Di Kepahiang misalnya, rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi tak layak mencapai 82,26 persen, sementara di Kota Bengkulu hanya 4,29 persen. Sekali lagi ini harus jadi perhatian serius bersama," demikian Hj Riri Damayanti John Latief.
Untuk diketahui, fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan dimana fasilitas tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu, dilengkapi dengan kloset jenis leher angsa, serta tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki septik atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). [**]