PedomanBengkulu.com - Sebuah penelitian yang kontroversial dari tim ilmuwan Indonesia pernah mengklaim bahwa Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat sebenarnya adalah situs struktur mirip piramida tertua di dunia. Usia situs Gunung Padang memang diperkirakan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Tapi keberadaan struktur besar di bawahnya masih menjadi kontroversi. Lantas mengapa para ilmuwan begitu yakin?
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh ahli geofisika Danny Hilman Natawidjaja dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah meneliti Gunung Padang bertahun-tahun. Menurut para peneliti, Gunung Padang bukanlah bukit biasa seperti apa yang kita pikirkan. Gunung padang adalah rangkaian struktur kuno berlapis dengan pondasi yang berusia sekitar 10.000 tahun atau bahkan lebih tua.
Situs Gunung Padang itu sendiri sebenarnya adalah situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan tertua di dunia. Diperkirakan usianya sekitar 8.000 hingga 28.000 tahun, bahkan lebih tua dari Piramida Giza, Mesir.
Ketika kolonial Belanda menjadi orang pertama yang menemukan Gunung Padang pada awal abad ke-20, mereka pasti terpesona dengan skala besar lingkungan batu kuno di Gunung Padang. Di puncak Gunung Padang, tersebar luar sisa-sisa kompleks besar struktur berbatu dan sejumlah monumen, menampilkan keajaiban arkeologi. Hingga saat ini, situs Gunung Padang masih menjadi misteri bagi dunia arkeologi.
Para pemukim awal yang menemukan situs Gunung Padang sepertinya tidak dapat menebak keajaiban terbesar dari semua yang mungkin tersembunyi di sana, terkubur jauh di dalam tanah di bawah kaki mereka. "Studi kami membuktikan bahwa struktur tidak hanya menutupi bagian atas tetapi juga membungkus lereng yang mencakup area setidaknya sekitar 15 hektar," tulis para penulis dalam abstrak untuk poster yang dipresentasikan di pertemuan musim gugur American Geophysical Union (AGU) di Washington DC pada tahun 2018 dan Rincian studi tersebut dipublikasikan di jurnal Earth and Space Science Open Archive, ESSOAR.
"Strukturnya tidak hanya dangkal tetapi berakar lebih dalam."
Tim mengatakan Gunung Padang bukan hanya struktur buatan, tetapi serangkaian beberapa lapisan yang dibangun selama periode prasejarah berturut-turut. Kesimpulan itu didapat berdasarkan pengamatan penggunakan kombinasi metode survei, termasuk radar penetrasi tanah atau ground penetration radar (GPR), tomografi seismik, dan penggalian arkeologi.
Lapisan megalitik paling atas yang terdiri dari kolom batu, dinding, jalan, dan ruang, berada di atas lapisan kedua sekitar 1-3 meter di bawah permukaan. Para peneliti menyarankan lapisan kedua ini sebelumnya telah disalahartikan sebagai formasi batuan alam, tetapi sebenarnya merupakan susunan lain dari batuan berbentuk kolom yang diatur dalam struktur matriks.
Di bawah lapisan tersebut, lapisan ketiga dari batuan yang tersusun, berisi rongga atau ruang bawah tanah yang besar. Rongga itu memanjang sejauh 15 meter, dan ini berada di atas lapisan terendah (keempat), terbuat dari batu basal 'lidah lava', entah bagaimana dimodifikasi atau diukir oleh tangan manusia.
Menurut para peneliti, penanggalan radiokarbon awal menunjukkan bahwa lapisan pertama bisa berusia sekitar 3.500 tahun. Lapisan kedua berusia sekitar 8.000 tahun, dan lapisan ketiga berusia sekitar 9.500 hingga 28.000 tahun.
Menurut para peneliti, adapun tujuan dari struktur kuno yang luas ini, mungkin memiliki dasar agama. "Ini candi yang unik," kata Natawidjaja kepada Live Science.
Untuk saat ini, hal itu masih spekulasi, tetapi jika klaim lain para peneliti tentang struktur ternyata benar, itu adalah temuan besar yang dapat menantang gagasan tentang kemampuan masyarakat prasejarah.
"Ini sangat besar," kata Natawidjaja. "Orang-orang mengira zaman prasejarah itu primitif, tetapi monumen ini membuktikan bahwa itu salah." (Ricky)