PedomanBengkulu.com - Pada zaman modern seperti sekarang ini teknologi semakin canggih, sehingga pola hidup dan dunia anak juga semakin berkembang. Anak-anak sekarang cenderung menghabiskan waktunya duduk di depan televisi, untuk menyaksikan tayangan-tayangan yang mereka sukai. Salah satu yang banyak menjadi pilihan stasiun televisi bagi anak-anak adalah film kartun atau animasi.
Berbicara tentang movie animasi anak-anak, tentu kita tidak boleh lupa menyebutkan Upin & Ipin yang berasal dari Malaysia. Dibuat dengan serius, Upin Ipin The Movie, diklaim tidak kalah kualitas dari film animasi produksi Hollywood.
Kisah Upin dan Ipin adalah dua anak kembar yang tinggal bersama kakak dan nenek mereka dalam sebuah rumah di Kampung Durian Runtuh. Mereka berdua kehilangan kedua orang tuanya ketika mereka masih bayi. Upin lahir lima menit lebih awal dari Ipin dan oleh karena itu Upin memandang serius perannya sebagai kakak Ipin. Upin dan Ipin bersekolah di Tadika Mesra, mereka mempunyai banyak teman. Seperti Mail, Jarjit, Mei Mei, Ehsan, dan Fizi (sepupu Ehsan). Ditambah lagi karakter dewasa seperti Datuk, kak Ros, Oma dan Cek Gu. Semua hadir dan menyatu menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.
Cerita yang disuguhkan banyak mengandung pelajaran-pelajaran penting yang patut ditonton oleh anak diantaranya mengajarkan kesederhanaan, kesabaran, kekeluargaan, toleransi agama, dapat meningkatkan pengetahuan bagi anak mengenai bertingkah laku yang baik dan sopan.
Namun siapa yang menyangka, Film Upin dan Ipin yang selama ini dikategorikan sebagai animasi yang memberikan banyak dampak positif terhadap anak-anak justru akhir-akhir ini banyak membuat banyak orangtua merasa khawatir. Hal ini lantaran dalam kehidupan sehari-hari sang anak memberikan respon berbeda dari biasanya yang membuat orangtua kaget, dimana anak marah sambil menunjuk-nunjuk, saat diberi nasehat oleh orangtua.
Setelah ditelaah lebih jauh, hal ini terjadi karena anak meniru salah satu karakter dalam tayangan yang mereka tonton yaitu Kak Ros yakni kakaknya Upin dan Ipin dimana Kak Ros diperankan sebagai kakak yang galak dan sering marah kepada adiknya Upin dan Ipin.
Walaupun sebenarnya kemarahan Kak Ros ini sebenarnya memiliki maksud yang baik untuk mendidik adiknya namun ternyata hal ini belum mampu seutuhnya dicerna oleh anak-anak.
Hal ini selaras dengan teori pembelajaran sosial atau social learning theory dimana sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Model tindakan belajar merupakan proses mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Dalam teori ini Albert Bandura telah menjalankan kajian bersama Richard Walter, beliau menjelaskan bahwa kesan perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit , secara spontan mereka akan meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video hal ini terjadi karena secara psikologis anak akan meniru apa-apa yang mereka telah lihat, baik dari cara bicara ataupun dari tingkah lakunya. Jadi tidak heran apabila anak-anak meniru perilaku dari tayangan yang hampir setiap hari mereka tonton.
Untuk itu kita sebagai orangtua yang berperan sebagai pendidik utama bagi anak haruslah memperhatikan tayangan apa yang ditonton anak. Meskipun kita tahu bahwa tayangan Upin dan Ipin banyak memberikan edukasi kepada anak-anak kita namun ada baiknya kita tetap waspada karena ada beberapa karakter yang tidak baik untuk dipertontonkan kepada anak.
Solusi terbaik bagi orangtua adalah dengan terlebih dahulu menonton, apabila baik maka patut diberikan kepada anak. Dengan begitu harapan kita agar anak meniru dan belajar hal yang baik dapat terwujud.
Penulis: Dwida Pasaribu, S.I.Kom, Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu