BENGKULU akhirnya punya jalan tol. Baru-baru ini dikabarkan, Pemerintah Provinsi Bengkulu telah meminta agar Tol Bengkulu - Taba Penanjung, tol pertama yang dibangun di Bumi Rafflesia itu, diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo adalah kepala negara yang paling serius dalam membangun tol di seluruh Indonesia. Sampai 2024, ia targetkan 3.500 km jalan tol beroperasi di Indonesia. Di Sumatera, pembangunannya belum semua rampung. Dijanjikan akan dilanjutkan setelah 2024.
Tol Bengkulu - Taba Penanjung ini sebenarnya belum sepertiga dari target keseluruhan yang diinginkan, yakni mencapai Lubuk Linggau. Taba Penanjung – Bengkulu memiliki panjang 17,6 kilometer. Sementara Bengkulu - Lubuk Linggau panjangnya mencapai 95 kilometer.
Belum lagi rampung Tol Bengkulu - Lubuk Linggau, telah muncul wacana pembangunan Tol Bengkulu - Lampung. Dengan adanya tol, diyakini betul Bengkulu akan maju, kantong-kantong ekonomi baru akan tercipta, biaya logistik akan berkurang, singkatnya, Bengkulu akan sejahtera.
Padahal sebenarnya, menjadikan Bengkulu sejahtera tidak sesederhana dengan sekedar terbangunnya tol, meski pembangunannya patut didukung. Banyak pakar yang telah membuktikan, tanpa pembangunan industri yang kokoh, pembangunan jalan tol hanya sebagai sarana memudahkan diangkutnya bahan baku dari Bengkulu untuk industri-industri orang luar.
Ibarat seseorang yang menyeruput air susu dari gelas, bila banyak sumbatan di sedotannya, maka air susu yang tersedot kurang maksimal. Namun bila sumbatan-sumbatan itu dibuang, maka air susu yang disedot akan menjadi maksimal. Air susu lebih cepat dihisap hingga habis.
Jadi sebenarnya selama ini kekayaan alam Bengkulu seperti emas, batu bara, sawit, karet dan lain-lain, telah banyak dikirim dengan harga murah ke luar, melalui jalan yang sama yang dipakai oleh masyarakat umum, sehingga hasilnya kurang maksimal.
Adanya jalan tol, bila tidak disertai adanya industri yang kuat, kekayaan itu akan semakin cepat keluar dan habis. Akhirnya, yang miskin tetap miskin. Sementara banjir dan longsor tetap jadi hantu yang menakutkan saat hujan besar turun.
Untuk memperbaiki hal ini, mudah saja, seluruh level pemerintahan hendaknya memakmurkan rumah-rumah Allah subhanahu wata'ala, yakni masjid, atau rumah ibadah lain bagi yang beragama lain. Para pemimpin muslim hendaknya berkantor di masjid dan bekerja persis seperti Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dahulu memimpin para sahabat radiallahu 'anhum.
Alasannya sederhana, Allah menjanjikan kesuksesan, kejayaan dan kebahagiaan umat manusia ini hanya dalam amalan agama yang sempurna sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, bukan pada kebagusan infrastruktur sebagaimana yang dicontohkan Fir'aun laknatullah 'alaih.
Dari masjid, seluruh masyarakat bukan hanya bisa diajak untuk membangun tol dengan dana bersama, namun juga bisa diajak berpartisipasi dalam seluruh pembangunan yang ramah lingkungan, bisa memperoleh pendidikan yang baik, bisa memperjuangkan agama agar diamalkan seluruh umat manusia, bisa memperoleh dan mengakses banyak hal baik.
Memakmurkan masjid inilah jalan tol Bengkulu menuju sejahtera, mencapai kesejahteraan yang sebenarnya. Karena disini terdapat janji Allah. Saat penduduk Bengkulu beriman dan bertakwa, yang indikatornya terlihat dari makmurnya masjid, keberkahan akan melimpah dari langit dan bumi. Wallahu a'lam bishawab