Oleh : Agustam Rachman, MAPS. Ketua Dewan Penasehat IKADIN Provinsi Bengkulu.
Hari ini (Rabu, 22/02/2023) Dr. Maqdir Ismail tiba di Bumi Raflesia (Bengkulu) dalam rangka pelantikan pengurus Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Provinsi Bengkulu yang diketuai Bang Muspani (oya, tentang sosok dan sepak terjang Bang Muspani mayoritas publik Bengkulu sudah mengetahuinya).
Banyak teladan bisa dipetik dari sosok Dr. Maqdir Ismail. Beberapa dapat dilihat dalam tulisan saya berjudul Maqdir Ismail dan Soliditas Keluarga Besar UII, yang dimuat media online zonamusi.com tanggal 09/09/2021.
Bang Maqdir berasal dari Baturaja sebuah kota kecil yang dibelah Sungai Ogan yang bermuara ke Sungai Musi Palembang Sumatera Selatan. Tidak salah jika dia disebut 'Budak Palembang' (baca: Anak Muda dari Palembang)
Dia yang berlatar-belakang aktifis kampus Universitas Islam Indonesia ( UII) Yogyakarta yang sejak zaman Orba (yang terkenal militeristik) sudah membuang ke tengah laut seluruh rasa takutnya kepada siapapun kecuali pada ayah ibunya.
Atas nama Hak Asasi Manusia, Dia dengan berani menyelamatkan banyak Gali (Preman) di Yogyakarta yang diincar oleh penembak misterius sebuah pasukan khusus yang bertugas membasmi para Preman tanpa lewat pengadilan. Petrus dibentuk awal tahun 1980-an pada zaman Presiden Suharto.
Dia juga sosok yang tanpa ragu ikut menanda-tangani seruan yang disampaikan oleh Petisi 50, sebuah kelompok yang berani mengkritisi kekuasaan Suharto kala itu.
Dilihat dari latar belakang kampusnya yang merupakan pusat gerakan mahasiswa yang satu-satunya konsisten menolak asas tunggal dan tempat lahirnya organisasi besar HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) maka 'sudah pasti' Bang Maqdir adalah HMI.
Dan ini tidak banyak aktifis HMI yang tahu, terbukti saya belum melihat ada 'sambutan' atas HMI Bengkulu saat menjelang dan saat kedatangan Bang Maqdir ke Bengkulu. Tapi tentang hal ini bukanlah topik yang ingin saya kupas.
Walaupun Bang Maqdir belakangan banyak dikenal menangani kasus Korupsi misal kasus Setnov dan Budi Gunawan yang gagal jadi Kapolri itu. Tapi dia tetap menghormati dan menjaga hubungan baik dengan aktifis Indonesian Corruption Watch (ICW). Sebuah sikap yang bisa memisahkan antara profesionalitas tanpa harus kehilangan idealisme.
Terakhir, untuk Bang Maqdir : selamat menikmati kembali kuliner Bengkulu yang legendaris, yaitu Pindang Kepala Ikan di rumah makan Nusantara di sudut Kota Bengkulu tepatnya depan eks Penjara Bengkulu. Karena sejak dua bulan yang lalu sudah Bang Maqdir sampaikan ke Bang Muspani setiap mengawali chat WA