PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Belum genap tiga bulan tahun 2023 berjalan sejak Januari hingga 27 Maret, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kabupaten Kepahiang mencatat telah terjadi gempa bumi di wilayah Provinsi Bengkulu sebanyak 144 kali.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengatakan, gempa Turki beberapa waktu yang lalu menjadi peringatan bagi Provinsi Bengkulu untuk menyempurnakan sistem mitigasi bencana dengan standar bangunan tahan gempa.
"Saat gempa Turki banyak bangunan yang roboh dan membuat ribuan jiwa melayang. Pengalaman ini mengajarkan masyarakat dunia untuk menyempurnakan sistem mitigasi bencananya terutama memastikan bangunan yang berdiri di daerah rawan gempa harus benar-benar tahan terhadap getaran dan goyangan," kata Hj Riri Damayanti John Latief, Rabu (29/3/2023).
Alumni SMP Negeri 1 Kota Bengkulu ini menjelaskan, sejarah mencatat beberapa gempa dengan korban jiwa paling besar abad ini terjadi di Indonesia yang salah satunya dipicu karena permasalahan desain bangunan yang tidak terlalu kuat terhadap gempa.
"Terakhir gempa Cianjur kemarin. Ratusan orang meninggal, ribuan luka-luka dan puluhan ribu orang harus mengungsi. Sampai kapan kita melihat banyak korban berjatuhan akibat gempa? Insya Allah semua ini sebenarnya bisa dihindari selama standar bangunan yang dimiliki dalam keadaan baik," ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
Dewan Penasehat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Bengkulu ini menekankan, setiap pemerintah daerah di tanah air yang berada di kawasan rawan gempa harus benar-benar menjadikan hal ini sebagai perhatian agar dampak buruk dari gempa bisa diminimalisir.
"Kata para pakar, salah satu penyebab kematian terbesar saat bumi bergoncang bukan karena gempanya itu sendiri, tapi karena bangunannya yang kurang kuat. Inilah yang terjadi dengan Turki. Juga yang terjadi di Cianjur," beber Hj Riri Damayanti John Latief.
Ketua Umum Pengurus Cabang (Pengcab) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Kepahiang ini menambahkan, pemerintah perlu sekali untuk memastikan agar seluruh arsitek di daerah rawan gempa benar-benar menguasai ilmu desain bangunan yang aman dari gempa.
"Cermat dalam mendesain akses masuk hingga akses evakuasi dari bangunan. Peran arsitek sangat urgen dalam mendesain bangunan tahan gempa. Jangan yang dibangun itu bagus, indah, tapi digoyang gempa sedikit roboh. Aspek keamanan harus diprioritaskan," demikian Hj Riri Damayanti John Latief. [**]