Oleh Indah Kartika Sari, SP
Viral di sosial media, puluhan ibu-ibu di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, hancurkan sejumlah warung remang-remang, minggu (19/3/2023). Sembari melontarkan nada kekesalan, ibu-ibu wilayah setempat ini membongkar paksa bangunan warung yang terbuat dari papan.
Tak hanya membongkar, ibu-ibu ini mengeluarkan sejumlah barang yang berada dalam warung lalu kemudian membakarnya. Kemarahan ibu-ibu ini membuncah, lantaran masih ditemukannya botol minuman keras di dalam warung. Sudah ada perjanjian, mereka harus tutup. Tapi sekarang beroperasi lagi. Sekarang mau masuk bulan ramadhan, teriak salah satu ibu-ibu di lokasi.
Sementara itu, Camat Ketahun Nasri mengatakan, aksi ibu-ibu ini dilakukan secara spontan. Hal ini buntut dari kekesalan lantaran warung remang-remang ini dinilai mengancam rumah tangga mereka. Banyak para suami yang nongkrong berjam-jam di warem tersebut sambil minum miras. Sebelumnya warga sepakat meminta warung remang-remang ini ditutup sejak satu bulan lalu. Dengan siasat kucing-kucingan, akhirnya warung remang-remang ini buka kembali.
Sebagai ibu dan pengatur rumah tangga tentu setiap emak menginginkan keluarganya menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah jauh dari pertengkaran dan kegaduhan. Suami mencari nafkah dengan mudah, anak-anak terurus dengan baik, begitu pula dirinya tenang menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu di rumah tangganya.
Apalagi jelang ramadhan seperti ini, suasana ruhiyah peribadatan begitu amat sangat didambakan keluarga-keluarga muslim.
Sayangnya sistem sekulerisme meniadakan ketenangan dalam ibadah dan rumah tangga. Bulan Ramadhan yang seharusnya dijalankan dengan ketaatan totalitas dicemari dengan kemaksiatan aneka rupa. Bagaimana emak tidak meradang, warung remang-remang telah mengganggu konsentrasi para ayah dalam bekerja mencari nafkah. Sedikit meneggak miras harga murahan adalah hiburan penghilang stress para ayah yang terdampak kesulitan ekonomi dalam mengais rezki untuk anak istri.
Dampaknya jangan ditanya. Dari tegukan miras bisa menimbulkan seribu satu bahaya karena miras adalah induknya kejahatan. Kekerasan dalam rumah tangga yang akhir-akhirnya banyak terjadi di Bengkulu salah satunya akibat pengaruh miras. Belum kasus-kasus perampokan, pemerkosaan dan pembegalan disinyalir karena faktor miras.
Benarlah sabda Rasulullah SAW :
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Nabi SAW bersabda, “Minuman keras itu induk dari hal-hal yang buruk, siapa yang meminumnya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari, jika ia meninggal sedangkan minuman keras berada di dalam perutnya, maka ia akan meninggal dunia dalam keadaan jahiliyyah.” (HR Thabrani).
Warung remang-remang bukan hanya menyimpan kejahatan miras namun juga menyembunyikan kejahatan prostitusi. Kerapkali petugas Satpol PP menemukan bilik-bilik yang diduga sengaja digunakan untuk berbuat maksiat. Sayangnya petugas hanya sekedar memberi himbauan dan teguran lisan kepada pekerja serta pemilik warem. Tentu saja cara ini tidak efektif sebab membuat pemilik akan mengulang hal yang sama tanpa ada efek jera.
Ditambah lagi mandulnya Perda Kota Bengkulu Nomor 03 Tahun 2016 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol (Mihol) tentu membuat emak-emak tambah resah dan geram. Wajar emak-emak pada akhirnya nekat menyerbu dan menghancurkan warung remang-remang demi untuk melindungi keluarga mereka dari kemaksiatan.
Tindakan emak-emak ini patut diacungi jempol. Apalagi jika didasari oleh perintah untuk beramar am’ruf nahi munkar tentu ini adalah cermin keimanan dan ketaqwaan emak-emak yang patut dibalas dengan limpahan pahala.
Rasulullah pernah bersabda :
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]
Namun emak-emak ini tentu akan berpuas hati jika langkah mereka didukung oleh pemerintah daerah. Sebab amar ma’ruf nahi munkar sejatinya harus dimotori oleh penguasa atau pemimpin. Sebagai penanggung jawab urusan rakyat, seharusnya pemimpin berada pada garda terdepan dalam melindungi rakyatnya dari berbagai macam kemaksiatan.
Nabi pun bersabda :
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).
Makna ungkapan kalimat “al-imamu junnah” adalah perumpamaan sebagai bentuk pujian terhadap imam yang memiliki tugas mulia untuk melindungi orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya sebagaimana dijelaskan oleh al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, “(Imam itu perisai) yakni seperti as-sitr (pelindung), karena imam (khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya.”
Diberitakan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, “Kamu semua adalah pemelihara (pemimpin) dan bertanggung jawab kepada pemeliharaannya. Seorang imam adalah pemelihara, ia bertanggung jawab kepada pemeliharaannya.
Alangkah indah dan damainya ramadhan, seandainya semua umat Islam baik tua dan muda, laki-laki dan perempuan, tidak hanya rakyat namun juga penguasanya berlomba-lomba meraih taqwa.
Tidak hanya dengan menjalankan ibadah puasa namun juga beramar makruf nahi munkar dan menerapkan syariat Islam tanpa khawatir dicap radikal. Niscaya tercapai ramadhan bernas dengan berbagai amal sholih dan bebas dari debu-debu kemaksiatan.