PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Stunting adalah persoalan yang sifatnya sistemik dan kronik bagi bangsa Indonesia. Angka-angkanya masih sangat menghawatirkan, secara nasional masih berada diangka 21,6 persen.
"Artinya, jika dijejerkan lima orang anak di Indonesia, satu pasti stunting," ujar Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat menyampaikan sambutannya dalam forum koordinasi jurnalis dan kampanye percepatan penurunan stunting yang diselenggarakan oleh BKKBN Provinsi Bengkulu, Senin (30/5).
Oleh sebab itu, dalam penanganan stunting menurut Gubernur Bengkulu diperlukan pola gerakan, salah satunya memanfaatkan peran Jurnalis.
"Perlu dicatat kalau ada hal-hal penting, karena bisa jadi pengingat jika diperlukan suatu saat. Begitu penting peran Jurnalis dalam penurunan stunting, dengan cara melakukan komunikasi, informasi dan edukasi produktif di tengah-tengah masyarakat," lanjut Gubernur.
Ia juga menerangkan bahwa pemerintah sudah merumuskan upaya percepatan penurunan stunting ini baik dari sisi kebijakan hingga penanganan secara berjenjang dan anggaran yang cukup.
"Jika kolaborasi ini berhasil, maka bonus demografi akan dicapai dan tercipta generasi yang lebih baik tanpa stunting," imbuhnya.
Sementara, Deputi KBKR BKKBN Dwi Listyawardani menyampaikan, pada tahun 2021, prevalensi stunting Indonesia berada di angka 24,4%. Angka itu mengalami penurunan sebesar setiap tahunnya.
"Meski demikian, angka prevalensi stunting Indonesia masih di atas standar maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20%,” ujarnya.
Diterangkannya, prihal stunting BKKBN mempunyai formula jitu untuk mencegahnya, yaitu hindari empat "terlalu” : terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak.
Dijelaskan, dua terlalu berkaitan dengan usia dan hindari kelahiran pada ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Menurutnya, usia ideal ibu melahirkan pada rentang 21-35 tahun. Usia melahirkan terlalu muda, tulang panggul perempuan yang berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk proses melahirkan.
“Sedangkan, usia kelahiran terlalu tua, seorang Ibu rentan mengalami preeklamsia atau pecah ketuban dini,” jelas Dwi Listyawardani
Sementara, dua “terlalu” lain dalam mencegah stunting berkaitan dengan upaya menghindari jarak melahirkan terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak.
“Jarak terbaik untuk anak adalah 5 kali masa kehamilan, yaitu kira-kira 4-5 tahun. Selepas melahirkan sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang,” sarannya.
Selain kampanye empat ‘Terlalu’, penyuluhan terhadap calon pengantin (masa pranikah) juga menjadi fokus sasaran.
Dikesempatan yanga sama, Plt Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu, M.Iqbal Apriansyah menilai peran Jurnalis dalam upaya penurunan stunting merupakan kontribusi yang sangat krusial, terutama dalam sisi pemberitaan.
"Jurnalis bisa mengambil sisi positif dan membangun untuk diberikan kepada masyarakat dalam membantu percepatan penurunan stunting. Harapannya, baik jurnalis dan unsur yang hadir menyepakati terkait kontribusi dan peran dalam penurunan stunting sesuai dengan bidang masing-masing," singkat Plt Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu.[KC06]