PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, menjadi pemateri pada pelatihan Sekolah Legislatif, yang dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Serbaguna Uinfas Bengkulu, yang dimulai sejak pukul 10.30 WIB, Sabtu 24/6/23.
100 mahasiswa, berasal dari UIN Fatmawati Soekarno, Universitas Pat Petulai Rejang Lebong, dan Sekolah Studi Qur’an Bengkulu Selatan.
Dalam pemaparannya, Jonaidi, SP memotivasi para mahasiswa agar jangan minder dan pesimis untuk menjadi seorang leader di masa depan walaupun background atau latar belakang orang tua kita bukan orang berada bahkan miskin sekalipun.
Bahkan sosok anak muda asal Kabupaten Seluma tersebut, tidak sungkan menceritakan latar belakang keluarga, hingga menjadi wakil rakyat.
“Ayah saya seorang pedagang kaki lima, cuma tamatan Sekolah Rakyat (SR) merantau dari purbalingga Jawa Tengah ikut kakek, sementara ibu saya berasal dari daerah Tais dan cuma tamatan SMP,” jelasnya kepada para mahasiswa.
Oleh sebab itu, dirinya mengajak kepada seluruh mahasiswa agar bersama-sama membantu Indonesia ini terutama Provinsi Bengkulu, untuk terbebas dari money politik.
Hal ini bukanlah tanpa dasar, karena menurut Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Provinsi Bengkulu tersebut, karena uang bisa membunuh cita-cita anak muda yang ingin bergerak dan merubah Indonesia.
Jonaidi, SP: Hapuskan Stigma Money Politik JIka Ingin Menjadi Pemimpin
“Jangan sampai mereka yang punya uang, namun tidak mengerti soal tatanan dan cara memajukan negeri ini bisa membeli suara rakyat dan hanya tidur saat duduk di kursi Legislatif maupun Eksekutif,” tegasnya.
Stigma money politik memang harus sama-sama dilenyapkan di Indonesia, terutama Provinsi Bengkulu, caranya bagaimana dengan sama-sama menolak dan memastikan Pemilu mendatang bersih dari politik uang.
“Jangan sampai gara-gara uang, tidak berani calon Ketua BEM, tidak berani calon Kepala Desa, tidak berani calon legislatif, atau jabatan strategis lainnya,” tambahnya.
Menurut Jonaidi, SP jika para mahasiswa saja sudah tidak peduli lagi dengan banyaknya politik uang di Indonesia, maka siapa lagi yang akan menjaga Indonesia ini dari orang-orang punya uang, tapi tidak perduli dengan nasib rakyatnya.(AM)