Baru-baru ini jagat media sosial viral dengan perdebatan istilah antara Bumi Rafflesia dengan Bumi Merah Putih.
Istilah Bumi Merah Putih dicetuskan oleh Wali Kota H Helmi Hasan sebagai bentuk penghormatan terhadap Fatmawati Sukarno, sosok yang pertama kali menjahit Sang Saka Merah Putih yang menjadi bendera nasional Indonesia.
Apa yang dilakukan Wali Kota H Helmi Hasan itu baik dan patut didukung oleh segenap rakyat bukan hanya di Kota Bengkulu, namun se-Provinsi Bengkulu.
Bumi Rafflesia dan Bumi Merah Putih bukan sekedar sebutan biasa, namun itu mencerminkan kejiwaan masyarakat dimana yang disebut pertama mencerminkan mental inlander, sementara yang disebut belakang adalah cerminan mental orang berjiwa merdeka.
Telah diketahui secara umum, Kota Bengkulu saat ini masih lebih dikenal dengan sebutan Bumi Rafflesia dengan alasan menjadi kawasan habitat Rafflesia Arnoldi.
Padahal, nama Rafflesia Arnoldi diambil dari nama seorang pimpinan yang berkuasa ketika Bengkulu dijajah, Raffles, dengan jabatan Gubernur Jenderal.
Maka penyebutan Bumi Rafflesia untuk Bengkulu sebenarnya adalah wujud masih berjangkitnya mental inlander yang hinggap dalam sebagian elit politik di provinsi ini.
Penyakit inlander merupakan penyakit psikologis yang secara sengaja disuntikkan terhadap bangsa Indonesia agar tidak punya rasa percaya diri untuk membangun bangsanya sendiri.
Ketika elit politik di Provinsi Bengkulu ini berjiwa inlander, perekonomian akan sulit maju. Pemerintahan akan menjadi miskin inovasi. Jalan-jalan dibiarkan rusak bertahun-tahun.
Demikian juga dengan aset-aset bangunan yang dibangun dengan dana miliaran rupiah, tak pernah termanfaatkan dengan baik. APBD akan lebih banyak tersedot untuk sesuatu yang bersifat seremonial ketimbang untuk rakyat.
Inilah yang menegaskan pentingnya perubahan istilah yang dicetuskan oleh Wali Kota Bengkulu H Helmi Hasan tersebut, sebuah upaya membangun mental merdeka dalam diri elit pemerintahan.
Mental merdeka ini sangat dibutuhkan Bengkulu agar seluruh jalan di provinsi ini bisa mulus, agar tidak ada jenazah yang dibawa dengan cara yang tidak baik, agar terbangun industri yang kuat, agar APBD lebih banyak mengucur untuk rakyat ketimbang untuk pejabat.
Ke depan, Bengkulu harus punya pemimpin yang bermental merdeka, menghormati para pahlawannya sendiri ketimbang orang yang telah jelas menjajah daerahnya, pemimpin yang tidak takut kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah subhanahu wata'ala.