PedomanBengkulu.com, Bengkulu – Langkah kontroversial Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Dedy Wahyudi mengganti 14 nama simpang di Kota Bengkulu menjadi isu hangat di kalangan masyarakat.
Pergantian nama simpang menjadi bundaran baru dengan nama mantan Walikota, Pahlawan dan salah satu Bank Daerah tuai pro dan kontra. Banyak mendukung, banyak juga yang menolak. Dukungan tersebut datang dari berbagai kalangan, termasuk dari keluarga mantan Walikota, seperti anak dari Achmad Rusli yakni Rio Capella, Wismar Enny (Istri dari mantan Walikota Chairul Amri Zakaria), M Iqbal Putra (perwakilan keluarga Chalik Effendi).
Tapi tak sedikit juga masyarakat yang menolak dengan alasan sudah terbiasa dengan nama persimpangan yang lama dan alasan lainnya.
Tak hanya jadi perbincangan dikalangan masyarakat, isu ini juga menjadi topik menarik di edisi Bengkulu Lawyer Club (BLC), Selasa malam (13/6), yang berlangsung di Graha Pena Bengkulu Ekspress.
Dipandu host fenomenal yakni Santo, Benni dan Bowo. BLC kali ini mengupas tuntas alasan Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Dedy Wahyudi mengganti nama persimpangan di Kota Bengkulu. Tamu-tamu spesial dihadirkan seperti Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi, Kadishub Hendri Kurniawan, Kadis LH Riduan, Sekdis Kominfo Afri Candriani, perwakilan organisasi mahasiswa, para pengamat, perwakilan dewan dan tamu lainnya.
Dikesempatan ini, Wakil Walikota Dedy Wahyudi yang hadir langsung menjelaskan alasan pergantian nama simpang tersebut. Alasan pertama, Dedy mengatakan ingin membuat Kota Bengkulu menjadi kota besar ataupun disebut kota metropolis.
“Kita namakan bundaran ini karena kita ingin membuat suasana kota ini betul-betul terasa kota. Pasalnya simpang itu identik dengan daerah pinggiran, tapi kalau misalkan bicara kota itu sudah pasti ada bundaran, enggak ada simpang HI adanya bundaran HI. Nah kita ingin suasana itu juga ada di Kota Bengkulu artinya Ingin lebih meng-kotakan ataupun membuat metropolis,” jelas Dedy.
Kemudian, Dedy juga menjelaskan penamaan bundaran menggunakan nama salah satu putri Bengkulu yang dikenal sebagai penjahit sang saka merah putih yakni Fatmawati.
“Siapa yang menentang tak setuju kita harumkan nama putri bengkulu dan juga pahlawan ini berarti dia tak nasionalisme,” ungkapnya.
Selain itu, Helm – Dedy juga menyematkan nama-nama mantan Walikota ada beberapa bundaran di Kota Bengkulu. Alasan penamaan ini yakni ingin menghargai jasa-jasa Walikota Bengkulu terdahulu dalam memajukan Kota Bengkulu dengan berbagai karyanya.
Ada juga pergantian simpang Bank Indonesia dengan Fadhilah. Alasannya tak lain ialah karena Fadhilah merupakan bank daerah pertama kali selama Kota Bengkulu berdiri.
Adapun ide pergantian nama simpang ini berbarengan saat mengkampanyekan “Kota Merah Putih”. Di mata Helmi – Dedy sudah sewajarnya Kota Bengkulu menjadi Kota Merah Putih karena turut andil bagian dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
“Kita tak lagi menamakannya dengan bumi rafflesia, rasanya kurang baik karena raffles itu penjajah. Kita harumkan nama Kota Bengkulu dengan nama Kota Merah Putih,” terangnya.
Diakhir, Dedy menegaskan, pergantian nama persimpangan di Kota Bengkulu tak ada kaitannya dengan jelang masa jabatan berakhir. Karena ide ini muncul bernarengan saat mengkampanyekan Kota Merah Putih dan dipikiran Walikota Helmi dan Wawali Dedy ialah berkarya hingga akhir.
“Jelang akhir jabatan malah kita makin ngebut untuk berkarya, dan kami tak takut selagi itu benar,” tuturnya.
Gencarkan Sosialisasi Nama Bundaran Baru
Nama-nama bundaran baru di Kota Bengkulu tentunya masih asing di tengah masyarakat. Maka dari, seiring waktu berjalan Pemkot Bengkulu akan terus mensosialisasikan nama-nama bundaran baru tersebut ke masyarakat.
“Nanti pastinya masyarakat akan terbiasa. Itu namanya adaptasi sosial, butuh waktu untuk mengubah kebiasaan tradisi, terutama generasi old. Insya allah 2-5 tahun ke depan mereka terbiasa. Karena kita ini mengangkat nama besar pahlawan, nama mantan Walikota. Pasalnya, bangsa yang besar itu bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, enggak ada bangsa yang besar itu mengharumkan nama penjajah,” ujar Dedy dengan tegas.
Terkait perubahan nama ini, Pemkot menargetkan waktu kurang lebih 2 hingga 3 bulan agar nama bundaran baru terdata di google maps.
“Di google itu yang diakui ialah nama dari pemerintah. Contoh kota merah putih itu tak pernah kita daftarkan tetapi sudah ada saja. Maka dari itu, sosialisasi kepada masyarakat kita gencarkan, apalagi sekarang zaman sudah digital dan semua masyarakat mudah mengaksesnya,” pungkasnya.
Berikut daftar lengkap 14 nama-nama persimpangan jalan yang diubah Pemkot Bengkulu:
1. Simpang Polda menjadi Bundaran Hasan Basri
2. Simpang Nakau menjadi Bundaran Ahmad Kanedi
3. Simpang Panorama menjadi Bundaran Hamzah Sa’ari
4. Simpang 5 Ratu Samban menjadi Bundaran Fatmawati
5. Simpang Bank Indonesia menjadi Bundaran Fadhilah
6. Simpang Jam menjadi Bundaran K.Z Abidin
7. Simpang Skip menjadi Bundaran Chairul Amri
8. Simpang 4 Pantai menjadi Bundaran Syafiudin A.R
9. Simpang DPRD Provinsi Bengkulu menjadi Bundaran Chalik Effendi
10. Simpang Harapan menjadi Bundaran Achmad Rusli
11. Simpang Kampung Bali menjadi Bundaran M. Salim Karim
12. Simpang Sukamerindu menjadi Bundaran M. Zen Rani
13. Simpang SLB menjadi Bundaran Tabri Hamzah
14. Simpang Pagar Dewa menjadi Bundaran Sulaiman Effendi. (rls)