PedomanBengkulu.com, Palu - Hamparan pohon cabai menghijaukan ladang di tengah gersangnya pemandangan sekitar. Hijau kekuningan warna cabai pun kian terlihat segar dipapar matahari sore. Panasnya cuaca seolah tak mengganggu tumbuh kembang cabai, apalagi sampai melayukannya. Padatnya buah di setiap pohon menjadi penegas subur dan terawatnya tanaman itu.
Adalah Agus Panca Saputra, tokoh penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Layana Indah, Palu, yang sore itu sedang menyiram cabai-cabai yang ditanam di ladangnya dengan kucuran air yang tidak terlalu deras. Mendapatkan air di sana memang tidak mudah, hal itulah yang menjadi salah satu alasan bagi Agus memilih cabai sebagai objek untuk bercocok tanam. Kebutuhan air untuk tanaman ini tidak terlalu banyak, tapi tidak boleh juga kekurangan. Selain tidak butuh banyak air, cabai juga dipilih karena bisa berkali-kali berbuah dengan jangka waktu 2,5-3 bulan sekali panen.
Namun, bertanam cabai bukanlah tujuan utama Agus. Di balik semangatnya menanam cabai, ada satu motivasi besar yang menjadi agenda utamanya, yaitu membangkitkan semangat masyarakat KBA Layana Indah agar kembali mandiri untuk mencukupi hidupnya setelah dihadang gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang diikuti gelombang tsunami pada 2018.
Dengan kebulatan tekadnya, Agus memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai swasta dan ingin fokus memberdayakan kampungnya serta merangkul para pemuda untuk membantu mengubah nasib mereka. Namun, ternyata bukan perkara mudah untuk mengubah paradigma para pemuda yang sudah terbiasa bekerja sebagai buruh kasar dan mendapatkan upah secara langsung setelah melakukan pekerjaannya. Pola pikir instan itulah yang ingin diubah secara perlahan oleh Agus.
Agus berprinsip, untuk menggerakkan hati para pemuda harus ada contoh nyata yang dilakukannya. Tidak sekadar berbagi dengan teori, tetapi juga menjalankannya secara langsung. Beruntung sebelumnya Agus sudah bercocok tanam cabai, sehingga dia dapat menceritakan kisah suksesnya dalam bertani cabai yang bisa memberikan penghasilan lebih besar daripada sekadar menjadi buruh atau kuli bangunan, walaupun dibutuhkan waktu tunggu sekitar 2-3 bulan untuk menuai hasil panennya.
“Antusiasme masyarakat semakin besar setelah bencana melanda. Semua ingin bangkit dari keterpurukan dan tidak mau larut dalam kesedihan. Kemauan kuat dari masyarakat Palu, Layana Indah khususnya, untuk bangkit begitu terasa dengan semakin banyak masyarakat yang turut terlibat,” ungkap Agus.
Berladang hanyalah pintu masuk bagi Agus mewujudkan mimpi besarnya memandirikan warga KBA Layana Indah untuk berwirausaha. Dia bermimpi adanya usaha baru yang bisa lahir dari masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai mengembangkan potensi pilar kewirausahaan kampungnya lewat usaha peternakan kambing yang dirasa cocok dengan kondisi alam KBA Layana Indah.
Warga KBA Layana Indah bisa mendapatkan pakan ternak secara gratis di lingkungan sekitar karena berbagai pakan ternak seperti rumput gajah dan daun kelor banyak tersedia di area pekarangan warga. Selain itu, menurut ayah tiga anak ini kondisi lingkungan KBA Layana Indah yang jauh dari kebisingan juga ideal bagi pembudidayaan kambing. Hasilnya, Agus yang memulai usaha peternakannya sejak beberapa tahun lalu ini berhasil menambah jumlah kambingnya dari 5 ekor menjadi 24 ekor kambing.
Dengan hasil tersebut, ia percaya bahwa pilar kewirausahaan tersebut nantinya dapat menopang tiga pilar program KBA Layana Indah lainnya yakni pilar kesehatan, pendidikan, dan lingkungan guna mencapai target Astra dalam mewujudkan nol gizi buruk, nol buta huruf, menciptakan lingkungan asri, dan terciptanya usaha baru agar warga mandiri.
Pada pilar kesehatan, Agus juga menggandeng bidan dan kader Posyandu di Kelurahan Layana Indah untuk meningkatkan gizi anak-anak di sana, salah satunya melalui Posyandu Terpadu setiap bulannya. Para kader Posyandu akan memantau tumbuh kembang bayi hingga balita serta mengajak para ibu dan calon ibu untuk memasak makanan bergizi seperti kacang hijau, susu hangat, hingga telur rebus.
Melalui pilar pendidikan, pengembangan sumber daya manusia juga tak lepas dari perhatian. Berbagai kegiatan dilakukan di rumah baca berukuran 10x6 meter seperti belajar bersama dan berlatih hadrah. Bahkan, kini rumah baca tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet gratis. Tidak hanya itu, beasiswa juga diberikan oleh Astra kepada anak-anak kurang mampu secara ekonomi di sana, mulai dari siswa SD, SMP, hingga SMA.
Kontribusi warga KBA Layana Indah dalam pilar lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan kotoran ternak yang tidak bermanfaat menjadi pupuk kandang yang digunakan untuk menyuburkan tanaman di lingkungan sekitar. Pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman obat dan sayuran juga sudah diterapkan di beberapa rumah warga.
Berbagai semangat pemberdayaan tersebut mendorong Astra untuk ikut berkontribusi menyokong kegiatan Agus dan para warga berupa peningkatan soft skill seperti pelatihan sampai penyediaan pengairan ladang cabai, perangkat pertanian dan bibit-bibit cabai, pemberian bantuan alat kesehatan berupa alat tensi darah, alat pengukur tinggi badan, timbangan bayi dan orang dewasa, hingga bantuan beasiswa.
Semangat Astra dalam mendorong kemandirian ekonomi KBA Layana Indah sejalan dengan Astra 2030 Sustainability Aspirations dan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.[Rls]