Ahad, Tengah Malam, tanggal 16 April 1978 dia dilahirkan dengan nama lengkap Sugianto (yang kemudian akrab disapa Sugik), dari pasangan Bahanan dan Patma keduanya adalah petani di Suka Negeri Kecamatan Topos (Tapus) Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.
Di era Orde Baru ada kepercayaan dikalangan masyarakat Bengkulu bahwa nama yang berbau Jawa seperti Sugianto akan memudahkan anaknya mencari kerja dikemudian hari.
Jangan bayangkan Tapus waktu itu seperti Tapus saat ini, dimana listrik sudah menyala dan didepan rumah sudah beraspal mulus. Tapus tahun 1978 gelap-gulita dimalam hari.
Bahkan saking terpencilnya Tapus saat itu, Sugik lahir hanya dibantu oleh 'dukun banok' (dukun beranak) bukan oleh bidan desa apalagi dokter spesialis anak.
Lazimnya jaman dulu, orang suku Rejang saat melahirkan dibantu oleh perempuan tua yang berprofesi sebagai dukun beranak didampingi oleh dukun ubeut/ahli pengobatan (Hazairin. De Redjang, De Volksordening, Het Verwantschaps, Huwelijks En Erfrecht. Bandung: A.C. Nix & Co. 1936).
Semasa sekolah di Tapus dari SD hingga SMP kesehariannya seperti anak-anak lain pada umumnya. Sepulang sekolah dia memancing, mandi ke sungai Ketahun, bermain bola, sorenya mengaji. Sesekali membantu orang tuanya di kebun. Malamnya Sugik secara khusus belajar Silat Rejang pada Wak Sur (sepupu ayahnya).
Sugik, merupakan sosok yang pantas untuk jadi inspirasi, bahwa ketekunan, kerja keras dan semangat pantang menyerah adalah modal utama mengarungi hidup.
Sugik bukan sarjana, pendidikan terakhirnya hanya SMK Swasta FKIP Curup Rejang Lebong tamat tahun 1997. Tapi meski demikian, dia mampu bersaing dengan ratusan sarjana saat seleksi KPU Lebong periode 2023-2028.
Dia terpilih untuk periode kedua setelah sebelumnya pernah menjadi Komisioner KPU Lebong periode 2013-2018.
'Sejak kecil saya suka membaca, buku apa saja saya baca, selain itu pengalaman di NGO (LSM) membentuk pribadi saya', ujarnya ketika dibincangi awal Juli 2023 yang lalu.
Dia terbukti merupakan CO (community organizer) yang handal, bersama Fran Tagore seorang yang juga aktif di NGO. Sugik terjun langsung mengorganisir masyarakat Lembak, Rejang Lebong ketika tanah masyarakat dirampas oleh PT. BMS (Bumi Megah Sentosa) tahun 2006-2007.
Soal karier di penyelenggara Pemilu, dimulainya dari jenjang paling bawah yaitu anggota KPPS tahun 1999, kemudian pernah jadi Ketua PPK di dua Kecamatan yaitu Rimbo Pengadang dan Topos.
"Saya percaya Demokrasi Langsung merupakan salah-satu alat untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, sebagai bentuk kedaulatan rakyat, semua berhak memilih dan dipilih, 'orang biasa' seperti pak Kopli Bupati Lebong saat ini adalah hasil dari proses Demokrasi", ujarnya menutup perbincangan kami. (Agustam Rachman MAPS)