PedomanBengkulu.com, Bengkulu-Berbagai isu strategis nasional dan daerah dibahas dalam Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 2023, yang bertajuk "Peran ISEI memperkuat sinergi untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi menuju Indonesia maju", di hotel ternama Kota Bengkulu, Jumat (15/9).
Ketua Umum Pengurus Pusat ISEI Perry Warjiyo mengatakan, dalam Seminar Nasional itu dibahas bagaimana tantangan-tantangan ke depan dan respon kebijakan apa yang diperlukan.
Diungkapkannya, ada lima isu yang merupakan tantangan yang perlu diantisipasi dalam lima tahun ke depan.
Pertama, sebutnya, perubahan siklus ekonomi dan keuangan global yang semakin cepat dan dapat menimbulkan risiko-risiko atas kerentangan.
Kedua, pergeseran pola sumber pertumbuhan ekonomi dunia yang dulunya dari Eropa dan Afrika bergeser tidak hanya ke China, Indonesia dan juga ke depannya ke India.
"Ini perlu kita antisipasi bagaimana kita menjalin kebijakan perdagangan dan investasi," sebut Perry Warjiyo, dalam konferensi pers.
Lanjutnya, ketiga, perubahan demografi, di mana di Indonesia semakin tingginya peran kaum milenial yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan juga dalam berbagai kegiatan ekonomi.
"Yaitu sumber pertumbuhan ekonomi kita semakin banyak didukung sektor jasa, perdagangan eceran dan UMKM," sampai Gubernur Bank Indonesia ini.
Keempat, digeneralisasi, yang juga tidak hanya mempercepat pemulihan dari pandemi, tapi juga perlu diperluas untuk mendukung sumber pertumbuhan ekonomi.
"Kelima, inklusi dan ekonomi hijau yang perlu direspon dengan baik," ungkapnya.
Dari lima tantangan tersebut, jelasnya, ada beberapa respon yang perlu dilakukan, pertama, terus memperkuat sinergi kebijakan antara pemerintah, Bank Indonesia dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sisi keuangan.
"Sinergi ini sudah sangat kuat dan juga menyelamatkan Indonesia dari krisis selama tiga tahun terakhir ini," tegasnya.
Selain itu, perlu mendorong hilirisasi tidak hanya pertambangan tapi juga petanian, perikanan dan perkebunan.
"Akselarasi digeneralisasi ekonomi dan keuangan perlu dilakukan dengan perumusan kebijakan yang perlu didorong. Selanjutnya mendorong inklusi dan ekonomi hijau baik untuk meningkatkan daya saing, produktivitas maupun juga untuk menurunkan karbon sehingga wilayah kita semakin ramah lingkungan," jelasnya.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, Seminar Nasional ini sangat strategis dan bermakna sekali bagi Bengkulu, karena beberapa isu ekonomi daerah yang sangat strategis dapat dibahas.
"Poin-poin penting ini sangat strategis untuk disampaikan dalam Seminar Daerah dan Seminar Nasional ISEI ini. Kegiatan ini sangat positif sekali dan kami sangat mendukung hal itu dan berterima kasih dengan kegiatan ini," tutur Gubernur Rohidin, yang juga menjadi narasumber dalam Seminar Nasional ISEI ini.
Lanjutnya, ada empat isu utama yang dibahas tadi, yaitu tentang ekonomi hijau, potensi sumber daya alam panas bumi, kawasan hutan yang sangat luas.
"Kalau tidak ada bentuk afirmatif kebijakan maka sedikit sulit untuk menggerakkannya. Karena ke depan kita melakukan transformasi ekonomi kepada ekonomi hijau menjadi sangat penting dan potensi itu ada di Bengkulu. Ini perlu segera mendapatkan kebijakan tersendiri," jelas jebolan terbaik UGM Yogyakarta ini.
Selain itu, juga dibahas masalah infrastruktur konektivitas, karena pengendalian inflasi salah satunya adalah kelancaran akses. Infrastruktur konektivitas menjadi isu strategis di Bengkulu.
"Karena menggerakkan ekonomi Bengkulu tanpa konektivitas tentu sangat sulit, maka sekali lagi kami minta dukungan informasinya agar bisa menjadi sebuah kebijakan untuk kawasan bagian selatan," ujarnya.
Program strategis nasional terkait stunting juga sangat penting dibahas, kemudian masalah Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagaimana mendukung program yang sifatnya great economic tapi juga kepatuhan TKDN untuk mendukung dan menggalakan industri dalam negeri.
"Sekali lagi ini perlu mendapatkan solusi kebijakan yang strategis kemudian dengan pemangku kepentingan yang terintegrasi dan saya kira hal itu para ekonom-lah yang bisa menarasikannya," demikian kata Gubernur Rohidin. (rls)