Bimtek ini merupakan bagian dari upaya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek untuk mewujudkan Revitalisasi Bahasa Daerah yang berkelanjutan.
Menurut data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, saat ini terdapat 718 bahasa daerah di Indonesia, namun beberapa di antaranya menghadapi ancaman punah dan kondisi kritis.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, Revitalisasi Bahasa Daerah menjadi fokus utama dalam kegiatan Bimtek ini dan sejalan dengan kebijakan pelestarian bahasa daerah yang ditegaskan oleh Kemendikbudristek. Salah satu penyebab bahasa daerah mengalami penurunan adalah kurangnya penutur asli yang mewariskan bahasa tersebut ke generasi berikutnya.
"Program ini memang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir dan alhamdulillah mendapatkan respon postif dari masyarakat. Animo masyarakat untuk melestarikan bahasa daerah ini sangat besar, apalagi bahasa daerah ini dituangkan dalam sebuah karya," kata Rohdin.
Akan tetapi, lanjutnya, ada bebarapa masyarakat itu malu untuk memperkenalkan bahasa daerahnya sendiri dan dianggap kuno. Sehingga banyak bahasa daerah yang sudah mulai hilang. Maka dari itu, ia menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dan masyarakat.
"Meskipun Badan Bahasa berperan sebagai pemacu, tapi tanggung jawab utama dalam pelestariannya adalah masyarakat itu sendiri dan pemangku kepentingan lainnya," tegasnya.
Sementara itu, kepala kantor Bahasa Provinsi Bengkulu Dwi Laily Sukmawati mengatakan, Bimtek ini lebih kepada pembelajaran secara teknis. Karena sebelumnya sudah ada penyusunan modul pembelajaran dan harapannya dari 260 peserta dari sembilan kabupaten/kota ini dapat menjadi pioner.
"Dan mereka ini nanti yang akan manjadi pioner yang mewakili di setiap kabupaten kotanya, mereka juga terbagi dari berbagai unsur, ada dari dinas, pengawas sekolah dan para peserta lainnya dalam penggiat bahasa daerah," tutup Laily.