Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.* *Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
"Maka apabila mereka telah mendekati
akhir masa idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya,"
"Dan memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusanNya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
Jika ada yang bertanya terkait kutipan di
atas maka jawabannya adalah dua ayat dari kitab suci al-Qur'an yaitu surat
at-Talak Ayat 2 dan 3. Bagi yang terbiasa dengan literatur Tasawwuf khususnya
Sunni tentu tidak asing dengan inti agama (Islam). Al-Ghazaly dalam Kitab
Ihyaa' Ulumuddin menyebutnya dengan Sabar dan Syukur.
Baiklah mengikuti istilah inti yang
digunakan di atas, bahwa inti agama dimaksud sebenarnya dapat dipahami dengan
kapasitas keilmuan, dalam hal ini al-Ghazaly yaitu Tasawwuf atau mistisisme
Islam. Namun sadarkah para pembacanya, khususnya yang jauh dari diskursus ilmu
tersebut, akan kebingungan atau sulit memahami dan membangun pemahaman akan hal
tersebut meski dia telah khatam berbagai berbagai kitab-kitab Fiqih Baim besar
("al-kabiir") atau kecil ("al-Shaghiir")?!
Sebab sabar dan syukur secara hakikat
adalah termasuk perkara spiritual, artinya kekhusyukhan dalam beribadah. Sedang
ibadah sebagai ritual atau syariah secara umum (berkaitan juga hukum jinayah
dan siyasah) adalah berkaitan dengan lahiriah atau Zahir. Bagaimana Zahir
dipahami secara batin?! Dari sini penulis kemudian hendak menunjukkan bahwa
taqwa dan Tawakkallah klasifikasi dalam agama yang berkaitan dengan hal
tersebut.
Jadi, secara keilmuan, inti agama dalam
perspektif disiplin Tasawwuf adalah sabar dan syukur, namun dalam syariah
adalah takwa dan tawakkal. Klasifikasi ini mungkinsederhana, namun sebagai
suatu kerangka dapat mempermudah pemahaman tentang agama atau anggap sebagai
suatu pengantar.
Taqwa dan tawakkal adalah dua jalan yang
berbeda. Namun dalam keimanan dan keislaman, Allah ridho terhadap jalan mana
yang dipilih setiap orang. Sebagaimana yang telah sering dibahas penulis dalam
artikel-artikel sebelumnya, taqwa secara makna adalah melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Adapun tawakkal adalah
menyerahkan perkara tersebut kepada Allah saja, baik usaha, pilihan, atau
urusan-urusan lain. InshaaAllah penulis dan pembaca sekalian dapat menetapi
iman dalam Islam dalam takwa atau tawakkal!