PedomanBengkulu.com - Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Dari hutan tropis yang luas, lautan yang kaya hasil laut, hingga tambang mineral yang melimpah, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Tidak heran jika tokoh nasional seperti Prof. Mahfud MD pernah mengatakan bahwa jika SDA Indonesia dikelola dengan baik, setiap kepala orang Indonesia bisa mendapatkan penghasilan sebesar 20 juta rupiah per bulan. Namun, realitas di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Alih-alih menikmati kekayaan SDA, Indonesia justru menghadapi tantangan ekonomi yang berat, termasuk utang negara yang terus meningkat.
Kekayaan SDA Indonesia
1. Pertambangan: Indonesia memiliki cadangan tambang yang melimpah, termasuk emas, tembaga, nikel, bauksit, dan batubara. Indonesia adalah salah satu produsen batubara terbesar di dunia, serta salah satu penghasil utama nikel dan tembaga.
2. Minyak dan Gas Bumi: Indonesia juga memiliki cadangan minyak dan gas yang cukup signifikan. Walaupun produksi minyak bumi mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir, potensi migas Indonesia masih besar, khususnya dalam eksplorasi wilayah baru seperti di perairan dalam.
3. Hutan dan Kehutanan: Dengan hutan tropis yang luas, Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Hasil hutan seperti kayu dan produk turunannya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.
4. Pertanian dan Perkebunan: Sektor pertanian dan perkebunan juga menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. Indonesia adalah salah satu penghasil terbesar kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao di dunia.
5. Kelautan: Sebagai negara kepulauan, kekayaan laut Indonesia sangatlah melimpah. Dari perikanan hingga potensi wisata bahari, sektor kelautan Indonesia memiliki kontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Mengapa Potensi Besar Ini Tidak Termanfaatkan Maksimal?
Meskipun Indonesia kaya akan SDA, potensi tersebut belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Beberapa penyebab utama adalah:
1. Korupsi dan Mismanajemen: Salah satu penyebab utama mengapa kekayaan SDA Indonesia tidak dinikmati rakyat secara optimal adalah masalah korupsi. SDA sering kali dikelola oleh segelintir pihak yang memperkaya diri sendiri, sementara rakyat banyak tidak merasakan manfaatnya. Hal ini terjadi di berbagai sektor, mulai dari pertambangan hingga perkebunan.
2. Ketergantungan pada Ekspor Bahan Mentah: Indonesia masih banyak mengekspor bahan mentah, seperti batubara, minyak mentah, dan hasil perkebunan. Hal ini menyebabkan nilai tambah SDA yang dihasilkan kurang maksimal karena tidak diolah di dalam negeri. Negara yang mengimpor bahan mentah dari Indonesia justru mendapatkan keuntungan lebih besar dengan mengolah bahan tersebut menjadi produk jadi.
3. Investasi Asing dan Pembagian Keuntungan: Banyak sektor SDA yang dikuasai oleh perusahaan asing. Pembagian keuntungan dari hasil eksploitasi SDA sering kali tidak adil, di mana sebagian besar keuntungan dibawa keluar negeri. Hal ini membuat Indonesia hanya mendapatkan sebagian kecil dari kekayaan alamnya sendiri.
4. Utang Negara: Hingga 2024, utang Indonesia telah mencapai lebih dari 7.900 triliun rupiah, dengan rasio utang terhadap PDB sekitar 40%. Ketergantungan pada utang untuk pembiayaan pembangunan juga memperburuk situasi ekonomi, di mana banyak hasil SDA digunakan untuk membayar utang, bukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Apa yang Harus Diperbaiki?
Untuk mewujudkan impian agar setiap warga Indonesia dapat menikmati kekayaan SDA, beberapa langkah perbaikan harus dilakukan:
1. Pandai-pandailah bersyukur: Siapa yang bersyukur akan ditambahkan nikmatNya.
2. Penguatan Tata Kelola SDA: Pemerintah perlu memperbaiki tata kelola SDA dengan mengutamakan transparansi, akuntabilitas, dan pengurangan korupsi. SDA harus dikelola untuk kepentingan rakyat, bukan hanya segelintir elit atau perusahaan.
3. Peningkatan Nilai Tambah di Dalam Negeri: Indonesia harus beralih dari mengekspor bahan mentah ke mengembangkan industri hilir yang mampu mengolah SDA menjadi produk jadi dengan nilai tambah tinggi. Ini akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara.
4. Reformasi Pajak dan Royalti SDA: Sistem perpajakan dan royalti SDA harus diperbaiki sehingga negara mendapatkan bagian yang lebih besar dari eksploitasi SDA. Hal ini dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan masyarakat.
5. Diversifikasi Ekonomi: Ketergantungan Indonesia pada sektor SDA harus diimbangi dengan pengembangan sektor-sektor lain seperti industri manufaktur, teknologi, dan pariwisata. Diversifikasi ekonomi akan membuat Indonesia lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas internasional.
6. Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pengawasan terhadap pelanggaran dalam pengelolaan SDA harus diperketat, dan penegakan hukum bagi pelanggar harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Hukum harus mampu melindungi kekayaan alam dan rakyat Indonesia dari eksploitasi yang merugikan.
Solusi Menuju Kesejahteraan
Jika Indonesia mampu mengelola SDA dengan baik, potensi yang disebutkan oleh Prof. Mahfud MD bukanlah mimpi. Dengan perbaikan tata kelola, peningkatan nilai tambah, dan pengurangan ketergantungan pada ekspor bahan mentah, Indonesia dapat menjadi negara yang sejahtera tanpa harus terus bergantung pada utang. Kekayaan alam Indonesia harus dikelola secara berkelanjutan agar dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan yang akan datang. Insya Allah. Saeed Kamyabi, motivator sistem ekonomi langit.