PedomanBengkulu.com, Kepahiang - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kepahiang telah merencanakan debat publik calon bupati dan wakil bupati Kepahiang perdana pada Rabu, tanggal 6 November 2024 mendatang. Kemudian debat kedua pada 13 November 2024 dan ketiga pada 20 November 2024.
Komunitas sastra secara khusus telah menyiapkan batik diwo untuk Pasangan Calon Bupati (Cabup) Hj Riri Damayanti John Latief dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Ujang Irmansyah yang populer di kalangan masyarakat Kepahiang dengan sebutan RIANG, tampil dalam debat publik kelak.
"Soal penampilan ini bukan perkara biasa. Ada seniman, ada UMKM, ada banyak masyarakat hidup di balik penampilan kita. Apalagi batik diwo ini batik kebanggaan masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kepahiang," kata Tokoh Perempuan Kepahiang, Helmiyesi, Jumat (25/10/2024).
Ketua Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (BAN PAUD) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Provinsi Bengkulu ini menjelaskan, batik diwo telah menjadi ciri khas utama pasangan RIANG sejak awal tahapan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Kepahiang dimulai.
"Sejak pengambilan nomor kemarin RIANG sudah pakai batik diwo. Sudah sewajarnya pasangan nomor urut 1 ini pakai batik diwo sampai akhir kampanye," ujar Umi Yesi, panggilan akrabnya.
Pegiat pendidikan nonformal di Yayasan Az Zahra ini menekankan, sebagai Bacalon Bupati Kepahiang 2024-2029, Hj Riri Damayanti John Latief telah menetapkan salah satu misinya adalah meningkatkan daya saing batik diwo yang pernah bangkit di masa pemerintahan Bando Amin.
"Ini menjadi ciri khas Cabup Riri John Latief. Warna oranye mudah dikenali. Insya Allah kita menang. Batik diwo jadi unggulan ke depannya. Aamiin," demikian ungkap Umi Yesi.
Batik diwo yang terkenal sebagai batiknya Raja Redjang, sempat mengalami kebangkitan pada masa pemerintahan Bando Amin sebagai Bupati Kabupaten Kepahiang. Namun setelah terjadi pergantian kepala daerah batik diwo kembali redup.
Pilkada menjadi momen yang tepat bagi para pengrajin batik Kepahiang untuk mengembalikan kejayaan tersebut setelah dalam beberapa tahun terakhir satu persatu UMKM batik gulung tikar mengalami kerugian bahkan tidak sedikit yang beralih profesi sebagai butuh tani.