Oleh: Nugroho Tri Putra
Sembilan tahun yang lalu tulisan saya dimuat di dua Surat Kabar Harian ternama di Bengkulu. Judulnya, Dari Memiliki hingga Mencintai (Refleksi Hari Jadi Kota Bengkulu ke 297). Tulisan tersebut memotret bagaimana perkembangan Kota Bengkulu yang saat itu dipimpin Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wakil Walikota Patriana Sosialinda.
Satu bulan yang lalu, saya menulis di pedomanbengkulu.com, judulnya Dedy - Ronny Kolaborasi Mantan Wartawan dan Mantan Anggota Dewan. Tulisan opini itu melihat bagaimana potensi kolaborasi kepemimpinan Walikota Dedy Wahyudi dan Wakil Walikota Ronny PL Tobing dalam menjalankan roda pemerintahan ke depan.
Ditulisan saya yang lain berjudul, Refleksi 1 Tahun Helmi - Dedy Dimaki dan Dipuji, Namun Tetap Berbuat yang Terbaik, saya menulis bagaimana pro kontra publik terhadap program yang dijalankan Helmi - Dedy saat itu. Tulisan tahun 2019 itu pun banyak diterbitkan oleh media massa.
Mengingat tulisan tulisan tersebut, saya mencoba menarik relevansi dengan kondisi saat ini. Pasangan Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi dan Wakil Walikota Ronny PL Tobing sebagai Pemimpin Daerah yang baru tentu akan dinanti gebrakannya oleh publik. Program 100 harinya ditunggu. Dan publik akan menilai.
Bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Kota Bengkulu ke 306 pada 17 Maret 2025. Walikota Dedy Wahyudi dan Wakilnya Ronny PL Tobing telah menetapkan tema, Terus Berkarya Bantu Rakyat. Slogan ini tentu memiliki makna, bagaimana mereka akan terus mengabdi kepada rakyat melalui karya karya yang tertuang dalam program. Bahkan di tengah efisiensi anggaran.
Dalam suatu kesempatan, Walikota Dedy Wahyudi mengatakan, adanya efisiensi anggaran bukan berarti harus mengurangi pelayanan terhadap publik. Tetapi, justru harus tetap berkarya dan bantu rakyat. Ini adalah suatu komitmen.
Kecintaan Walikota Dedy Wahyudi dan Wakil Walikota Ronny PL Tobing kepada rakyatnya tak sekadar retorika belaka. Belum genap 100 hari kerja, Dedy - Ronny telah mengeluarkan berbagai kebijakan populis. Sebut saja perihal siswa SD - SMP harus bisa baca tulis Al - Quran.
Memperkuat kebijakan tersebut, Dedy Wahyudi menerbitkan Surat Edaran yang ditujukan kepada para Kepala Sekolah jenjang SD dan SMP di Kota Bengkulu.
Keberpihakan program lainnya adalah Bersalin Bahagia, Bawa Akta dan KIA. Program ini diperuntukkan bagi warga Kota Bengkulu yang melahirkan di Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) dan Rumah Sakit Tino Galo (RSTG).
Pemerintah Kota Bengkulu melalui Dinas Dukcapil dan dua Rumah Sakit tersebut akan menerbitkan Kartu Keluarga baru, Akta Kelahiran, dan juga Kartu Identitas Anak (KIA). Sehingga saat proses bersalin selesai. Saat pulang, keluarga atau pun pasien sudah bisa membawa administrasi kependudukan tersebut ke rumah.
Program ini bukan "omon - omon". Rabu (12/3/2025) Kepala Dinas Dukcapil dan Kepala dua Rumah Sakit tersebut bahkan sudah menandatangani perjanjian kerjasama di depan Wakil Walikota Ronny PL Tobing. Bentuk keseriusan bahwa program ini adalah realisasi program 100 hari Bantu Rakyat.
Dari sisi aparatur birokrasi, Walikota Dedy Wahyudi pernah menyampaikan, jangan pernah menjadi pegawai haram. Pegawai haram ini adalah pegawai yang tiap hari trouble maker. Suka mengumpat. Suka menyampaikan. Selalu bikin masalah.
"Jangan jadi pegawai bermuka dua. Jangan suka berbicara di belakang. Dinding ini bertelinga," ujar Dedy Wahyudi saat apel gabungan bersama ASN beberapa waktu lalu.
Dedy Wahyudi menginginkan aparaturnya satu visi, sehingga program yang dijalankan benar benar didukung ASNnya mulai dari eselon II, III, IV dan staf.
Sebagai ganjaran dan bentuk apresiasi dirinya kepada ASN, Dedy Wahyudi berjanji tunjangan pegawai atau TPP akan dibayarkan tepat waktu dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan daerah.
Meminjam istilah Gubernur Bengkulu Helmi Hasan yang viral di tiktok beberapa waktu lalu, Bayarlah hak pegawai sebelum keringatnya kering.
Walikota Dedy Wahyudi tampaknya tak ingin ASNnya berkeluh kesah. Sebab, dia sudah menyerap aspirasi dari banyak ASN, bahkan sejak dirinya masih menjabat Wakil Walikota Bengkulu. Keterlambatan pencairan TPP menjadi salah satu dari banyak aspirasi yang dia dengar.
Di sisi lain, program three in one yang disampaikan saat malam ketiga takziah, kini bertambah menjadi four in one.
Bila sebelumnya warga mendapatkan Kartu Keluarga baru, KTP dan Akta Kematian. Sekarang, jika yang meninggal adalah PNS atau pensiunan, maka pemerintah akan menyerahkan tabungan Taspen pada malam ketiga kepada ahli waris. Sehingga ahli waris tak perlu repot repot mengurus dokumen tersebut. Program ini adalah pertama dan satu satunya di Indonesia.
Masih banyak program yang dijalan untuk memajukan Kota Bengkulu agar lebih baik. Di antaranya, BPJS gratis, pendidikan gratis, penanganan sampah, penataan wajah kota, ambulans gratis, dan sebagainya. Mengapa Kota Bengkulu harus lebih baik? Karena Kota Bengkulu adalah ibukota Provinsi Bengkulu, gerbang pertama dan wajah pertama Provinsi Bengkulu.
Satu hal yang menjadi suatu keoptimisan adalah, hubungan yang positif antara Pemerintah Kota Bengkulu dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu.
Belum lama dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan menginstruksikan agar Organisasi Perangkat Daerah tak perlu memberi ucapan melalui baliho dan papan karangan bunga.
Semangat efisiensi itu ternyata juga diikuti Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi, yang tak memperkenankan Organisasi Perangkat Daerah memasang ucapan melalui papan karangan bunga.
Kebijakan yang selaras dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu tersebut adalah awal yang baik dalam kepemimpinan Walikota Dedy Wahyudi dan Wakilnya Ronny PL Tobing.
Semoga saja diusia ke 306 Kota Bengkulu semakin baik dalam banyak aspek sehingga visi Kota Bengkulu Semakin Maju, Religius, Bahagia, APBD Untuk Rakyat dapat tercapai.
Selamat Hari Jadi Kota Bengkulu ke 306!
Terus Berkarya Bantu Rakyat.
*𝘗𝘦𝘯𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘚𝘕 𝘗𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘒𝘰𝘵𝘢 𝘉𝘦𝘯𝘨𝘬𝘶𝘭𝘶. 𝘈𝘭𝘶𝘮𝘯𝘶𝘴 𝘗𝘳𝘰𝘨𝘳𝘢𝘮 𝘉𝘦𝘢𝘴𝘪𝘴𝘸𝘢 𝘚2 𝘒𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘮𝘪𝘯𝘧𝘰 𝘙𝘐. 𝘗𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘒𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘉𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘗𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘰𝘭𝘢𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘒𝘰𝘮𝘶𝘯𝘪𝘬𝘢𝘴𝘪 𝘗𝘶𝘣𝘭𝘪𝘬.